Afwan Kalau Gak Nyambung

Mulailah bercerita padaNya, bercerita apa saja.
Kalaupun yg lain bosan, sungguh Dia Maha Mendengar.
Ceritakan tentang tak sanggupnya kita memikul kelelahan.
Mungkin memikul kemaksiatan kita yang terus membuat kita kelelahan.
Tentang hati yang masih enggan pada kebaikan.
Allah, bahkan kami lelah mengeluh terus padaMu.
Muak mengadu tapi masih tetap begitu.
Maka titipkanlah kesungguhan pada jiwa ini,Rabbku, mujahadah yang tak sanggup dikalahkan syaitan, ataupun ketakwaan yg tak menyerah pada kefujuran.
Agar benar aku menjumpaiMu, dengan sebaik-baik ketaatan..
dan semuanya terasa lebih ringan

0 komentar:

Balas Dendam

Bismillahirrahmaanirrahim ,,,

Kau tau kakakku, sepagi ini kukenang 2 tahun ukhuwah ku denganmu. Dan satu kesimpulan yang ingin ku sampaikan : mengenal kakak adalah salah satu kesyukuran terbesar widya ada di kampus ini. Atau dalam bahasa kakak yang lebih indah: Tak ada raguku mengatakan, aku mencintai takdirNya yang mempertemukanku denganmu. 

Aku ingin menceritakan seorang kakak yang suatu malam ku tumpahkan tangisku di hadapannya, paling sering menjadi sandaran atas banyak kegelisahan, tempat menitipkan HP 2 tahun yang lalu dengan raut penuh penyesalan.

Sekitar sebulan yang lalu kakak milad. Widya yakin, pastilah kakak tidak perlu bingung, kesal, atau jengkel karena belum juga widya katakan selamat milad. Bahkan saat kakak harus terlambat menghadiri sebuah agenda yang maha penting karena mengulang episode makan nasi goreng bersama widya di tempat itu, tak juga sepatah kata mengusik-usik tentang tanggal kelahiran. Berhari setelah itu, tanpa sms ataupun notes :)
afwan ya kak, ini memang balas dendam yang panjang :p

Tapi sekali lagi, widya yakin. Kakak tidak akan marah, bahkan sebelum widya katakan pun kakak lah yang telah mengajarkan pada widya:
"Bukan tidak tahu, dik. Bukan juga sok cuek. Namun ada hal yang ingin ku pelajari dari ukhuwah kita ini. Masih saja kualihkan dan pura-pura tidak menanggapi. Afwan jiddan. Hanya saja, aku ingin berukhuwah lebih dalam lagi. Saat perayaan-perayaan kecil bukan menjadi satu-satunya alasan untuk kita bertatap muka. Saat benda-benda unik bukan hadir hanya di hari “ini” saja. Aku ingin kita belajar, bahwa ukhuwah kita ukhuwah yang unik, yang tetap akan hangat saat suatu hal mengharuskan ia tetap hangat, dan saat suatu hal menjadikan ia dingin."

Sungguh jika memang begitu kak, widya pun ingin belajar berukhuwah yang benar. Saat momentum seperti itu bukan alasan tunggal untuk memantik hangatnya kebersamaan kita. Dan selebihnya dingin dan hambar.Maka widya maknai apa yang kakak katakan, widya lakukan hal yang sama. Ukhuwah yang lebih dalam, kata kakak..


Ah, kakak..mungkin benar apa yang widya katakan pagi itu pada kakak. Pagi 2 tahun yang lalu, hanya kita berdua. Kakak di meja setrika dan widya piket cuci piring. Bercerita ini dan itu, ngobrol banyak hal sampai widya terlonjak riang, senang mengatakan: kak, widya dan kakak banyak samanya ya? Sama-sama begini, sama begitu. Lalu kakak mengiyakan dan tersenyum.

Entah kakak ingat bagian itu atau tidak, yang jelas pagi itu ukhuwah widya-kakak menjadi semakin cemerlang benderang di mata hati widya.


Paling suka ini kakak: Aku memang tidak memiliki seorang adik, dan sering kukatakan pada diriku sendiri, bahwa inilah adikku. Sama kak, widya memang tidak memiliki seorang kakak, dan widya merasa bisa memanjakan diri widya kepada kakak sebagai seorang adik. Entah mengapa, rasanya menemukan bagian diriku dalam dirimu, dik. Kalau kakak bsgitu, widya pun sama. Kadang widya heran dan sedih kalau kakak sering pura-pura tidak suka jika dibilang mirip dengan widya? Padahal ingin sekali berterima kasih dan menyalami orang yang mengatakan kita mirip, saking senangnya widya.

Akui saja kak, kakak memang mirip widya.. Hehehe.. :')


Memang, hubungan ini bukan hubungan yang selalu seia sekata. Berdebat sengit juga sering. Bahkan pernah kaget mendengar suaramu yang mungkin setengah marah dan cepat-cepat ku tutup pembicaraan itu. Kakak, widya minta maaf. Terperanjat waktu kakak bilang: kakak belum pernah digitukan sebelumnya. Iman widya lah yang rusak dan compang-camping, dan akhirnya menyakiti ukhuwah kita. Ingat sepulang ma'had waktu kita -belum- bisa bersepeda, widya bilang kek kakak di depan pagar C35: widya merasa akrab dengan kakak sebelum widya tahu apapun tentang kakak lalu kakak memeluk widya yang berkaca-kaca.

Bukan juga hubungan yang “lengket” ibarat lem, karena memang sering terpisah jarak dan tempat. Mungkin sebentar lagi kita semakin berjauhan. Sedih, perlahan merasa kehilangan, tapi ukhuwah bukan masalah jarak dan tempat kan kak?Kakak yang bilang itu ke widya. Mengaduk-aduk teh di hadapan widya, membayangkan perpisahan yang mungkin semakin dekat. Dan terbayang berjuta khilaf untuk ukhuwah yang widya banggakan. Maaf y kak, mungkin akan ada banyak hal yang widya sesali setelah kakak pergi. Bahkan sekarang pun.


Hmmm ,,, aku ingin ukhuwah ini tetap terawat hingga nanti di syurga.Teringat kata-katamu,
“mungkin ruh kita dulu bertetangga di syurga ya, kak ,,, “
Bisa jadi dk ,, dan moga nantinya juga.
Walau mungkin nanti jauh tapi jika ruh kita bertetangga, tak apa. Biarlah jauh, agar widya sungguh-sungguh menginsyafi semua penyesalan. Penyesalan yang sering membuat widya menatap kakak malu, tersenyum dengan ragu. Kakak tahu, kalau sudah begitu, rasanya jauh dari kakak padahal raga kita dekat. Karena iman widya yang sedang tak layak, atau tak pernah layak. Kakak tau widya, sangat tau. Maafkan semua coreng moreng yang widya jejakkan dalam kebersamaan kita, kakakku.

Sedih saat mendengar adikku ini berkata,“kapan kakak pergi dari sini ,,, ?“
Seakan seluruh kesadaranku kembali, bahwa perpisahan itu akan datang. Terdiam sejenak. Kembali berkata,
“pasti akan berpisah dik ,,, “
izinkan widya untuk menangisi perpisahan ini sebelum kita berpisah,kak. Terbayang semua, semua cerita yang widya bagi ke kakak atau kisah yang kakak sampaikan ke widya, rasanya pilu. Maafkan widya, kak..bahkan tak sanggup menguraikan bagian ini lebih panjang lagi..

Dan ingin menuliskan kalimat yang hampir persis dengan kalimat kakak
Afwan jiddan kakakku ,,,Di hari yang cukup berharga bagimu, aku menarik diri dari “peredaran”.Tak ada pesan di layar hp mu, tak ada tulisan didinding kamarmu, tak ada benda yang mewakiliku hadir di hari itu. Namun, hari itu, aku “bertemu” denganNya, memintakan permohonan padaNya. Seuntai kalimat yang tak harus ku pamerkan untukmu. Cukup antara Dia dan diri ini saja. Lillahi ,,, aku sudah bahagia mampu menyampaikan doa itu untukmu dalam ketulusan yang ku biarkan tulus. Dan, ku temani saat-saatmu itu dengan hadirku yang meski tak terlalu lama, yang meski tak mengungkit “kejadian” itu.

Allah ,,, jaga ia saat aku tak mampu lagi berbicara langsung dengannya, saat tak mampu lagi menemani hari-harinya, saat tak mampu lagi memenuhi keinginannya, saat tak mampu lagi ada untuknya.Afwan jidaan, kakakku ,,, bahkan tulisan ini tidak cukup berharga dari apa yang diberikan sahabat-sahabatmu. Tapi, moga ini menjadi hadiah terindah buatmu. : )

----kakak semoga ini menjadi kado yang cantik dan balas dendam widya yang manis untuk kakak-----


Karakter kita cukup berbeda. Terbuka dan tertutup itu tidak sama kan, dik ?Terkadang aku cuma terdiam saat adikku ini berkata ,,,
“aku sayang kakak ,,, “
Diam ditambah senyum, bukan malah membalas dengan kalimat yang sama. Aku terlalu malu untuk mengatakan itu. Dan akan tertawa saat mendengar lagi ,,,
“ihhh ,, kakak denger ga sich ,,,? “
Dengar, dik. Jawabku..

Bersenandung pagi ini lagu yang kugubah untuk ukhuwah kita: terlalu bodoh untuk diriku, menahan berat jutaan rindu. Apalagi menahan egoku.. Maaafkanlah sikapku, lupakan salahku.. Oh kakakku.. (Bila Kau Tak di Sampingku-SO7)

Kutulis dengan sepenuh cinta. Kakak, bahkan aku telah merasakan perkenalan sejak dua detik pertemuan kita :')

widya dan kak linda, dalam dekapan ukhuwah karena Allah

0 komentar: