Bismillahirrahmaanirrahim ,,,
Kau tau kakakku, sepagi ini kukenang 2 tahun ukhuwah ku denganmu. Dan
satu kesimpulan yang ingin ku sampaikan : mengenal kakak adalah salah
satu kesyukuran terbesar widya ada di kampus ini. Atau dalam bahasa
kakak yang lebih indah: Tak ada raguku mengatakan, aku mencintai takdirNya yang mempertemukanku denganmu.
Aku ingin menceritakan seorang kakak yang suatu malam ku tumpahkan
tangisku di hadapannya, paling sering menjadi sandaran atas banyak
kegelisahan, tempat menitipkan HP 2 tahun yang lalu dengan raut penuh
penyesalan.
Sekitar sebulan yang lalu kakak milad. Widya yakin, pastilah kakak
tidak perlu bingung, kesal, atau jengkel karena belum juga widya katakan
selamat milad. Bahkan saat kakak harus terlambat menghadiri sebuah
agenda yang maha penting karena mengulang episode makan nasi goreng
bersama widya di tempat itu, tak juga sepatah kata mengusik-usik tentang
tanggal kelahiran. Berhari setelah itu, tanpa sms ataupun notes :)
afwan ya kak, ini memang balas dendam yang panjang :p
Tapi sekali lagi, widya yakin. Kakak tidak akan marah, bahkan sebelum
widya katakan pun kakak lah yang telah mengajarkan pada widya:
"Bukan tidak tahu, dik. Bukan juga sok cuek. Namun ada hal yang
ingin ku pelajari dari ukhuwah kita ini. Masih saja kualihkan dan
pura-pura tidak menanggapi. Afwan jiddan. Hanya saja, aku ingin
berukhuwah lebih dalam lagi. Saat perayaan-perayaan kecil bukan
menjadi satu-satunya alasan untuk kita bertatap muka. Saat benda-benda
unik bukan hadir hanya di hari “ini” saja. Aku ingin kita belajar,
bahwa ukhuwah kita ukhuwah yang unik, yang tetap akan hangat saat
suatu hal mengharuskan ia tetap hangat, dan saat suatu hal menjadikan
ia dingin."
Sungguh jika memang begitu kak, widya pun ingin belajar berukhuwah
yang benar. Saat momentum seperti itu bukan alasan tunggal untuk
memantik hangatnya kebersamaan kita. Dan selebihnya dingin dan
hambar.Maka widya maknai apa yang kakak katakan, widya lakukan hal yang
sama. Ukhuwah yang lebih dalam, kata kakak..
Ah, kakak..mungkin benar apa yang widya katakan pagi itu pada kakak.
Pagi 2 tahun yang lalu, hanya kita berdua. Kakak di meja setrika dan
widya piket cuci piring. Bercerita ini dan itu, ngobrol banyak hal
sampai widya terlonjak riang, senang mengatakan: kak, widya dan kakak
banyak samanya ya? Sama-sama begini, sama begitu. Lalu kakak mengiyakan
dan tersenyum.
Entah kakak ingat bagian itu atau tidak, yang jelas pagi itu ukhuwah
widya-kakak menjadi semakin cemerlang benderang di mata hati widya.
Paling suka ini kakak: Aku memang tidak memiliki seorang adik, dan sering kukatakan pada diriku sendiri, bahwa inilah adikku.
Sama kak, widya memang tidak memiliki seorang kakak, dan widya merasa
bisa memanjakan diri widya kepada kakak sebagai seorang adik. Entah mengapa, rasanya menemukan bagian diriku dalam dirimu, dik. Kalau
kakak bsgitu, widya pun sama. Kadang widya heran dan sedih kalau kakak
sering pura-pura tidak suka jika dibilang mirip dengan widya? Padahal
ingin sekali berterima kasih dan menyalami orang yang mengatakan kita
mirip, saking senangnya widya.
Akui saja kak, kakak memang mirip widya.. Hehehe.. :')
Memang, hubungan ini bukan hubungan yang selalu seia sekata.
Berdebat sengit juga sering. Bahkan pernah kaget mendengar suaramu yang
mungkin setengah marah dan cepat-cepat ku tutup pembicaraan itu. Kakak,
widya minta maaf. Terperanjat waktu kakak bilang: kakak belum pernah
digitukan sebelumnya. Iman widya lah yang rusak dan compang-camping, dan
akhirnya menyakiti ukhuwah kita. Ingat sepulang ma'had waktu kita
-belum- bisa bersepeda, widya bilang kek kakak di depan pagar C35: widya
merasa akrab dengan kakak sebelum widya tahu apapun tentang kakak lalu
kakak memeluk widya yang berkaca-kaca.
Bukan juga hubungan yang “lengket” ibarat lem, karena memang sering terpisah jarak dan tempat. Mungkin
sebentar lagi kita semakin berjauhan. Sedih, perlahan merasa
kehilangan, tapi ukhuwah bukan masalah jarak dan tempat kan kak?Kakak
yang bilang itu ke widya. Mengaduk-aduk teh di hadapan widya,
membayangkan perpisahan yang mungkin semakin dekat. Dan terbayang
berjuta khilaf untuk ukhuwah yang widya banggakan. Maaf y kak, mungkin
akan ada banyak hal yang widya sesali setelah kakak pergi. Bahkan
sekarang pun.
Hmmm ,,, aku ingin ukhuwah ini tetap terawat hingga nanti di syurga.Teringat kata-katamu,
“mungkin ruh kita dulu bertetangga di syurga ya, kak ,,, “
Bisa jadi dk ,, dan moga nantinya juga.
Walau mungkin nanti jauh tapi jika ruh kita bertetangga, tak apa.
Biarlah jauh, agar widya sungguh-sungguh menginsyafi semua penyesalan.
Penyesalan yang sering membuat widya menatap kakak malu, tersenyum
dengan ragu. Kakak tahu, kalau sudah begitu, rasanya jauh dari kakak
padahal raga kita dekat. Karena iman widya yang sedang tak layak, atau
tak pernah layak. Kakak tau widya, sangat tau. Maafkan semua coreng
moreng yang widya jejakkan dalam kebersamaan kita, kakakku.
Sedih saat mendengar adikku ini berkata,“kapan kakak pergi dari sini ,,, ?“
Seakan seluruh kesadaranku kembali, bahwa perpisahan itu akan datang. Terdiam sejenak. Kembali berkata,
“pasti akan berpisah dik ,,, “
izinkan widya untuk menangisi perpisahan ini sebelum kita
berpisah,kak. Terbayang semua, semua cerita yang widya bagi ke kakak
atau kisah yang kakak sampaikan ke widya, rasanya pilu. Maafkan widya,
kak..bahkan tak sanggup menguraikan bagian ini lebih panjang lagi..
Dan ingin menuliskan kalimat yang hampir persis dengan kalimat kakak
Afwan jiddan kakakku ,,,Di hari yang cukup berharga bagimu,
aku menarik diri dari “peredaran”.Tak ada pesan di layar hp mu, tak ada
tulisan didinding kamarmu, tak ada benda yang mewakiliku hadir di hari
itu. Namun, hari itu, aku “bertemu” denganNya, memintakan permohonan
padaNya. Seuntai kalimat yang tak harus ku pamerkan untukmu. Cukup
antara Dia dan diri ini saja. Lillahi ,,, aku sudah bahagia mampu
menyampaikan doa itu untukmu dalam ketulusan yang ku biarkan tulus. Dan,
ku temani saat-saatmu itu dengan hadirku yang meski tak terlalu lama,
yang meski tak mengungkit “kejadian” itu.
Allah ,,, jaga ia saat aku tak mampu lagi berbicara langsung
dengannya, saat tak mampu lagi menemani hari-harinya, saat tak mampu
lagi memenuhi keinginannya, saat tak mampu lagi ada untuknya.Afwan
jidaan, kakakku ,,, bahkan tulisan ini tidak cukup berharga dari apa
yang diberikan sahabat-sahabatmu. Tapi, moga ini menjadi hadiah
terindah buatmu. : )
----kakak semoga ini menjadi kado yang cantik dan balas dendam widya yang manis untuk kakak-----
Karakter kita cukup berbeda. Terbuka dan tertutup itu tidak sama
kan, dik ?Terkadang aku cuma terdiam saat adikku ini berkata ,,,
“aku sayang kakak ,,, “
Diam ditambah senyum, bukan malah membalas dengan kalimat yang
sama. Aku terlalu malu untuk mengatakan itu. Dan akan tertawa saat
mendengar lagi ,,,
“ihhh ,, kakak denger ga sich ,,,? “
Dengar, dik. Jawabku..
Bersenandung pagi ini lagu yang kugubah untuk ukhuwah kita: terlalu
bodoh untuk diriku, menahan berat jutaan rindu. Apalagi menahan egoku..
Maaafkanlah sikapku, lupakan salahku.. Oh kakakku.. (Bila Kau Tak di
Sampingku-SO7)
Kutulis dengan sepenuh cinta. Kakak, bahkan aku telah merasakan perkenalan sejak dua detik pertemuan kita :')
widya dan kak linda, dalam dekapan ukhuwah karena Allah
0 komentar: