Hingga Kau Tahu

Dan jawabannya hanya satu, gizi ruhi yang tinggi..

Untuk kemarahan mu yang tak beralasan,
Untuk tangisan yang enggan melengkapi sesalmu,
Untuk hati yang sempit menerima satu dua kata atau sikap yang nyelekit,
Untuk semua yang kau rasa, bahwa kau sedang buruk. Sedang amat buruk.

Gizi ruhi..

Hingga kau tau, ternyata beginilah dirimu itu.
Dirimu yang katanya rindu syurga,
Dirimu yang katanya ingin menghadiahkan mahkota cahaya untuk mama papa,
Dirimu yang katanya ingin kelak menatap wajah Yang Maha Mulia.

Hingga kau tau, ternyata beginilah dirimu itu..
Hanya seorang pemimpi yang hendak mengajak adik-adiknya berlari menuju hidayahNya,
Sedang ia sendiri terseok..

Hingga kau tau dirimu itu..
Hanya insan dengan segumpal daging-bernama hati-yang kurang gizi..

0 komentar:

Menuliskan Rindu

*Buat pembaca budiman, ini hanya coretan yang kurang penting sebenarnya. Jadi silahkan mengurungkan niat membaca note ini :p

Malam ini packing mau pindah buat PKL. Tiba-tiba, selembar kertas itu menyembul :)

Ini tulisan tahun 2011, ditulis sepenuh cinta oleh seorang kakak. Yang senang membelikan es krim untuk adik manjanya ini :*

Kakak ingat ini tidak? Widya bantu ingat y kak, saat widya meminta kakak menulis testimoni yang panjang buat widya :*

Ini dia edisi 1, kak.. :)

Kakak dulu nulis 3 edisi lhoo.. :)

Hari ini hari ke-4 mahad, dan Widya tampak lebih ceria hari ini.. Ada apa ya ? *tingtingting
Tadi nanya ke Widya. "Beli dimana ini dek bukunya ?"
Widya, ..Tailah kak..."
Saya, "Apa Thailand ?"
Widya, "Fatahillah kak.." Abis itu dia ketawaketiwi bahagia bgt.. Baru kali ini deh kayaknya.. Ada apa ya? *tingtingting

Hmm, tadi juga tiba-tiba dia bilang, "the next ustz. Yoyoh.." sambil senyam-senyum dan tangan kanan megang dagu.. Bersemangat sekali, ceria sekali, dan cerah sekali dia hari ini.. Ada apa ya? *tingtingting


Ada apapun itu, pertahankan ya dek!! Selain makin cantik (cie..) juga nebar semangat positif ke yang lain ^^

Kita lihat apa hari ini widya ngantuk dan tidur (lagi) ? ^^
27 Oktober 2011


-kangen ma'had, kangen kakak, kangen banget.. :')

0 komentar:

Mama, Ummi, Ibu, Bunda

Dek, waktu SMA kakak pernah ditanya: nanti widya mau dipanggil apa ? Mau dipanggil mama, ummi, ibu, bunda ?

Sekarang kakak sudah kuliah, sudah 4 tahun berlalu, kakak masih sering memikirkan pertanyaan itu. Kira-kira nanti ingin dipanggil apa. Dan jawaban berubah-ubah, dulu ingin dipanggil ummi, sekarang ingin dipanggil ibu. Taukah kenapa dek? Karena kakak pikir, semua itu sama saja mulianya.

Indah ya, menjadi wanita. Menjadi madrasah pertama. Mama, ummi, ibu, bunda.

Dan kakak belajar banyak dari kalian, adik-adik kakak yang manis.

Nanti, kita akan menjadi ibuk yang hebat, adik-adiku sayang. Jangan menangis, gak boleh sedih. Ibu sedang menatap kalian dari syurga. Dia melihat bidadari kecilnya yang membuat beliau bangga, buah hati yang merapal doa buat sang bunda.

Bunda adik-adik sedang menanti di syurga.
Kakak sayang adik-adik.. Allah Maha Menyayangi adik-adik..

Semangat menjadi anak terbaik buat ibu kita, apalagi yang ibunya sudah di syurga.. :')

Nanti kita juga akan menjadi ibu terbaik kan,dik?hmmm, kakak jadi pengen liat asri baca puisi tentang ibu. Katanya keren banget ya ? :)

Setelah adik-adik liburan, kita baca puisi ya... :*

0 komentar:

2 Kejahatan, 2 Kebaikan

Dan kamu tau Nak, di dunia ini hanya ada 2 kejahatan dan ada 2 kebaikan..

Ada orang yang jahat, tapi kejahatannya itu masih kecil-kecilan. Paling ya mencuri ayam atau sebiji semangka. Tapi, ada orang jahat yang mau merampas negara kita saking dengkinya, ingin merubuhkan Al Aqsha, atau merebut Palestina.

Mereka penjahat peradaban yang ingin islam punah dan musnah. Merencanakan banyak keburukan, tidak ridha sampai kita mengikuti milah mereka. Tidak akan pernah ridha dan tenang jika Islam memulia dan jaya.

Ada orang yang baik, tapi kebaikannya itu biasa saja. Menghapal Quran sendirian lalu merasa bangga padahal hanya untuk dirinya sendiri kebermanfaatan itu. Sumpek melihat kemaksiatan di sini dan di sana, tapi diam saja. Emosi menyala tapi tak melakukan apa-apa. Karena terlalu ringkih iman yang ia punya. Seperti insan tepercaya itu bersabda: "kalau tidak mampu juga rubahlah dengan hatimu dan itulah selemah-lemah iman.."

Lalu adalah kebaikan kedua..seperti pernah tertuang dalam buku bapak Anis Matta : ..bagaimana kita mempersaksikan kepada manusia bahwa ada "Al-Qur'an" yang sedang berjalan di pasar, berdebat di parlemen, bekerja di kabinet, dan memimpin sebuah negara..

Ada berjuta alasan keberadaan jalan juang ini. Karena muslim yg kuat lebih Allah cintai. Karena muslim itu tak bisa tinggal diam dengan kemungkaran yang terjadi, ia rubah dengan tanggannya sendiri. Islam tak hanya soal shalat puasa ngaji. Tapi juga soal politik, sosial masyarakat, budaya, ekonomi.

kebaikan yang tak rapi akan kalah dengan kejahatan terorganisiir nan keji.. Sungguh renungilah lagi alasan kita semula, sebab kita ada sejak pertama.

kadang jengah dengan tudingan -ini kok umat Islam gila kuasa-
bukan karena mengejar kuasa, tentu saja. Andai bisa dijelaskan betapa para insan dalam jamaah ini adalah pecinta sejati. Dianugerahi manisnya iman dan mereka ingin semesta turut merasai dan ikut meresapi, bahwa mereka di sini sedang menumbuhsuburkan bumi.

bahkan lebih memprihatinkan kalau ditanya, dibayar berapa kita di sini ?
Bukankah pernah sampai ke relung jiwa: Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka....Berbahagialah dg jual beli itu.

masih ingin bertanyakah kenapa ?
karena kita khalifah, kawan. dan oleh sebab itu iblis begitu dengki..

0 komentar:

Sama Saja

Pernah ada yang menuliskan pertanyaan: kira-kira mana yang lebih menyakitkan ditinggalkan atau meninggalkan? Saat kukatakan pada seorang kawan, aku lebih memilih meninggalkan. Dan dia bilang: "payah, widya egois"
:'p

Mungkin kita pernah melakukan keduanya. Meninggalkan dan ditinggalkan. Dan rasanya sama, sama-sama perih bukan ? Tapi setiap orang punya keinginan, dan tak mungkin memenangkan semua kemauan. Karena nyatanya ada banyak keinginan-keinginan yang saling berbenturan.

Setidaknya kita belajar, apapun itu, kita belajar. Belajar memaafkan dan belajar dimaafkan. Belajar mengatakan selamat tinggal atau belajar membisikkan selamat jalan.

bukan kesadaran yang terlambat datang, bahwa dari kehilangan, kita belajar keikhlasan. Keikhlasan. Ditambah bonus, secuil kearifan.. Karena lama-lama, semakin banyak terlewat masa, semakin terbiasa dan semakin dewasa..bahwa demi Tuhan, semuanya adalah fana. Dan siapa kita, sebenarnya?

"Kamu, hanya seorang hamba," dijawab senja..

0 komentar: