Ketoprak

WARNING !!!

Membaca tulisan ini, mungkin membuat saya terkesan lebay. Saya yang sedang melankolis menjelang pulang ini. Jadi ingat sesosok laki-laki yang kupanggil Papa atau lebih sering kusebut Apa. Orang yang pernah memarahi anak gadisnya dan mendiamkannya seminggu karena sesuatu. Haruslah anak gadis punya malu, katanya dulu. Dan itu, mengenang didiamkan seminggu itu yang membuat mata berlinang setiap kali merasa melonggar.

Dia, orang yang suatu pagi saat saya sarapan berkuahkan air mata, diminumnya air mata itu. Benar-benar meminumnya, menghirup, menghisap. Sampai habis katanya. Sampai tak keluar lagi, katanya. Adegan paling mengharukan seumur hidup.

Dan entah dimana korelasinya, Bapak ketoprak tadi, membangkitkan kenangan masa kecil itu. Haru, biru, dan menggetarkan rindu. Dan membangkitkan seribu tekad untuk menggenapkan persembahan kalbu. Untuk Apa.

Ya, kadang, kita menyukai seseorang tanpa perlu alasan. Menyukai tanpa bisa menjelaskan. Bahkan hanya dengan sekali tatapan. Melihat gerak-geriknya yang langsung menggerakkan.

Seperti pagi ini, saya dipesona oleh kharisma seorang bapak yang berjualan ketoprak.  Beliau datang di saat momentum yang tepat. Sejam dua jam duduk di depan rumah, menyaksikan banyak bapak-bapak menjajakan dagangan.Berteriak mempromosikan : yam ayam...
Atau “buray...buuuray...”
Atau memakai suara bantu nyanyian : “susu murni nasional...”

Walau sebelumnya sudah sering dengar suara-suara itu dan sudah tidak asing, tapi sepagi tadi suara-suara itu terdengar lebih merdu dari biasanya.

-suara ayah mencari rezeki, bagai nyanyian syurgawi-

Dan benar, bapak ketoprak itu datang dengan momentum yang tepat. Saya sedang bermain dengan khayalan bersama keagungan sosok seorang ayah, beliau sedang dengan sigap menyiapkan sepiring ketoprak. Dan setiap geraknya saya pikir diridhai malaikat.

Jadilah saya beli ketopraknya, dan menghimbau teman-teman yang gak shaum untuk beli juga.. Dan kita sarapan ketoprak bapak yang saya suka pada detik kedua memandangnya, saya rasa. Dan saat ditanya kenapa begitu semangat mempromosikan beliau, saya pun bingung menjawabnya.

*kangen Apa*

0 komentar: