Tidak Ada

Ini mungkin hanya masalah klasik. Tapi biarlah.

"cukup mencintai orang-orang yg sudah halal punggung tangannya buat kita. Orang yg menyebut nama kita dalam ijab kabulnya"

Iya uni, aku tak sanggup menahan air mata. Walau nasihat serupa sudah sering dikumandangkan dan diperdengarkan pd telinga ini, tetap saja kata-kata uni itu menghujam.

"Al Quran itu 30 juz yg harus dijaga, kapan mau selesainya? Qiyamul Lail apa juga sudah jadi kebutuhan? Kalau hatinya bermasalah, jangan heran QL nya bermasalah. Sudah ngerti kan,wid?"

Ah, pertanyaan itu. Aku kelu.

Tak lama, lalu bersalaman pamit dg mata yg masih kaca. Dan sekokoh janji di jiwa..

"Setelah ini, janji itu harus ada pembuktiannya"

Menyentak jiwa. Uni yg tegas, lugas, dan apa adanya. Tp solutif sangat.

Kebaikan uni itu adalah anugerah Allah yg ku syukuri..nikmat Allah yg tak mungkin kupungkiri.

KaruniaMu yg mana yg kudustakan? Amalku yg mana yg bisa kubanggakan?

Tidak ada.

0 komentar:

Ketoprak

WARNING !!!

Membaca tulisan ini, mungkin membuat saya terkesan lebay. Saya yang sedang melankolis menjelang pulang ini. Jadi ingat sesosok laki-laki yang kupanggil Papa atau lebih sering kusebut Apa. Orang yang pernah memarahi anak gadisnya dan mendiamkannya seminggu karena sesuatu. Haruslah anak gadis punya malu, katanya dulu. Dan itu, mengenang didiamkan seminggu itu yang membuat mata berlinang setiap kali merasa melonggar.

Dia, orang yang suatu pagi saat saya sarapan berkuahkan air mata, diminumnya air mata itu. Benar-benar meminumnya, menghirup, menghisap. Sampai habis katanya. Sampai tak keluar lagi, katanya. Adegan paling mengharukan seumur hidup.

Dan entah dimana korelasinya, Bapak ketoprak tadi, membangkitkan kenangan masa kecil itu. Haru, biru, dan menggetarkan rindu. Dan membangkitkan seribu tekad untuk menggenapkan persembahan kalbu. Untuk Apa.

Ya, kadang, kita menyukai seseorang tanpa perlu alasan. Menyukai tanpa bisa menjelaskan. Bahkan hanya dengan sekali tatapan. Melihat gerak-geriknya yang langsung menggerakkan.

Seperti pagi ini, saya dipesona oleh kharisma seorang bapak yang berjualan ketoprak.  Beliau datang di saat momentum yang tepat. Sejam dua jam duduk di depan rumah, menyaksikan banyak bapak-bapak menjajakan dagangan.Berteriak mempromosikan : yam ayam...
Atau “buray...buuuray...”
Atau memakai suara bantu nyanyian : “susu murni nasional...”

Walau sebelumnya sudah sering dengar suara-suara itu dan sudah tidak asing, tapi sepagi tadi suara-suara itu terdengar lebih merdu dari biasanya.

-suara ayah mencari rezeki, bagai nyanyian syurgawi-

Dan benar, bapak ketoprak itu datang dengan momentum yang tepat. Saya sedang bermain dengan khayalan bersama keagungan sosok seorang ayah, beliau sedang dengan sigap menyiapkan sepiring ketoprak. Dan setiap geraknya saya pikir diridhai malaikat.

Jadilah saya beli ketopraknya, dan menghimbau teman-teman yang gak shaum untuk beli juga.. Dan kita sarapan ketoprak bapak yang saya suka pada detik kedua memandangnya, saya rasa. Dan saat ditanya kenapa begitu semangat mempromosikan beliau, saya pun bingung menjawabnya.

*kangen Apa*

0 komentar:

Kau Jahat Sekali

Pernahkah kawanku, dalam hidupmu, sekali saja,, sekali saja merencanakan kebaikan untuk temanmu. Berbahagia untuk kebahagiaannya. Terpukul untuk pilu di hatinya. Menyelami lautan rasa yang dia punya, dan menopang hatinya bahwa dia tidak hanya sendiri.

Atau selama ini, kau memang tak pernah begitu. Tak ingin orang lain lebih darimu, atau menyamaimu. Bahkan kepada sahabat terdekatmu sendiri. Resah sekali hatimu jika dia berhasil. Sempit dadamu melihat senyumnya. Kalau begitu, berarti kau jahat sekali.

Juga selalu mencemburui keakraban sahabatmu. Resah melihatnya dekat dengan yang lain, tidak denganmu. Kenapa kau jahat sekali, ayo tanya hatimu. Kenapa jahat sekali?

Dan ketika kau punya mimpi, kau laksanakan mimpimu dengan merusak mimpi orang lain, itu jahat sekali.

Setelah kesal, berbisik pada diri sendiri ::
Silakan menginsyafi, setiap orang punya keinginan. Setiap orang punya impian. Setiap orang ingin menjadi yang terbaik. Sampai tak bisa lagi menjaga hati karibnya. Dan jangan berubah, tetaplah merencanakan kebaikan untuk orang lain. Walau mereka tak pernah mengembalikan apa-apa untukmu.

0 komentar:

Tumpul

Aku, kamu. Kita bukan orang yang sama. Lahir dan tumbuh dengan tempat yang juga berbeda. Tapi walaupun sejuta bahkan seratus juta perbedaan kita, asal ada satu saja persamaan kita, itu adalah segalanya.

dan yang satu itu, kita sama :)

Aku, kamu. Kebingungan, berputar-putar. Muter-muter. Itu tidak salah, aku juga tak akan mengatakan bahwa kita hanya sekedar berpolemik. Karena aku pun seringkali begitu. Tak sabar menuntaskan tanyaku akan sesuatu. Kenapa begini, kenapa begitu. Dan itu wajar, ukhtiy ku.

Aku, kamu. Aku, kamu. Aku, kamu.

Aku ya aku, kamu ya kamu. Kita tidak saling memaksakan diri masing-masing. Jadilah dirimu seutuhnya. Aku pun biar jadi diriku. Tidak ada yang akan saling berkata, siapa yang lebih baik. Siapa yang paling benar.

Tapi tetap tak boleh terlupa, satu kesamaan kita itu. Satu saja, tapi segalanya. Maka betapapun bedanya kita, jika dibingkai dengan satu hal itu, dimana lagi bedanya? Jangan menuhankan diri. Sampai kita berkata,
“aku memang begini. Gak mungkin memaksakan diri.”

Seperti ini apakah?? Memaksakan diri untuk syariat memang sudah seharusnya kan, karena itu kewajiban. Aku pikir kita tahu jawabannya. Mungkin kau saja, mungkin kita berdua. Tentu lebih sering aku lah yang bertanya-tanya, kau hanya tak tahu saja...

-maka berfatwalah dengan hatimu, aku pun akan menanyai hatiku-

0 komentar:

Aku Gak Bisa Nyebut L

Pertama kali kenal adek itu, menanyakan namanya:"Lini kak,"jawabnya
aku : oh... Lini

"Bukan Lini kak, tapi Lini. Aku gak bisa nyebut eL," katanya lagi

:)

"Ohhhh...................Rini ya dek???" aku tersenyum lebar, dia juga... :))

Dan sore tadi, pertama kalinya dia menyebut kata saraaaa-iR dengan huruf R bergetar. :)

dia bilang : sebenarnya sudah lama aku bisa eR sih, kak.. Rini sembunyiin aja karena malu.. ^^


Allah, Kau selalu punya cara mengembalikan aku... keriangan Rini tadi sore membuat rembulan malam ini ikut tersenyum. Purnama yang membuat ketentraman hari sempurna.

hehehe, tak bisa menahan hati untuk tak menulis ini :)
1 menit lagi jam sepuluh, ayo belajar lagi :)
semangat :)
*kangen Huda*

0 komentar:

Kau Bukan Yang Dulu Lagi

Lelah, sangat lelah. Bersimbah air mata, meneriakkan kesah.
Ya Allah, kenapa kesalahan diri ini tak sudah-sudah
Aku yang telah berikrar akan menatap wajahMu kelak. Ragu, akankah mewujud begitu

TT.TT

Berhentilah abu-abu, kau sudah tahu. Sudah sangat tahu. Setiap hari bertambah ilmu, tapi bertambah pula kesalahanmu.


Terngiang lagi pesan seorang ustadz:
berdoalah agar dari rahimmu terlahir generasi yang akan memenangkan peradaban. Peradaban yang pernah menjadi mimpi, obsesi 7 abad umat Islam.

Jika salah satu madrasah agungnya terus saja kebingungan. lalu mujahid-mujahidah seperti apa yang akan hadir,,

Lalu mulai menata dua kata menjanjikan: aku akan..

dan telah lama, "aku akan" ini sekedar bualan.

sebelum benar-benar tak punya kesempatan : "Ya Tuhan kami,, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan."
(32:12)

Kali ini aku benar-benar akan... kuatkan,,,

0 komentar:

Pemandangan Gerbang Kalimongso

Sejak awal, saya sangat tak suka Kalimongso. Karena di awal perkuliahan dulu, saya sering tersesat di sana. Kalimongso yang padat dan membingungkan.

Tapi dari semua ketidak-sukaan itu, yang menjadi perkara utama bagi saya adalah gerbangnya. Baru saja melangkah, asap-asap rokok berkepulan. Uhuuk, uhukk..bikin batuk.

Maka, jadilah ritual yang harus dilakukan setiap melewati gerbang Kalimongso adalah melangkah, bergegas, tak lupa sesaat menahan napas. Satu lagi, jangan lupa menundukkan pandangan lebih dalam.

Semua hal itu membuat saya semakin bersyukur menjadi The Ceger,, :)



Ini Jumat, Jumat yang khidmat. Menyimak materi kajian Jumat dari seorang ustadzah (mbak) yang juga berasal dari Padangpanjang

Setelahnya, masih ada kuliah PKPD terakhir menjelang UAS. Mampir dulu ke kosan teman terdekat. Dan itu di Kalimongso. Bersiap menahan napas dan menunduk lebih dalam. Tapi subhanallah, kali ini berbeda. Melangkah di gerbang Kalimongso, saya terpana. Terpesona.


Seorang laki-laki berkalung kuning sedang diselimuti kabut (baca : asap rokok). Bukan, bukan dia yang merokok. Lisannya justru sedang komat-kamit dengan mushaf tertutup di tangannya. Dia tengah murajaah sementara asap rokok terbang melayang di sekelilingnya (dramatis).

Dan di seberangnya ada seorang pria, yang (walau) sedang menikmati setiap hembusan rokoknya, dia pun terlihat terpukau juga.

Dalam pandangan saya, lelaki berkalung kuning itu tampak semakin khusyuk, tawadhu, meresapi setiap desah ayat yang mengalir dari lisan nya (kesimpulan : saya harus lebih me-manage ghadhul bashar nih). -,-sedang yang merokok terpana, tertegun juga...


Bukan kesan ekstrim yang didapatkan oleh sekeliling, melainkan merasa sedikit tersentuh.

Kita tak pernah tahu apa yang ada di hati orang lain. Mungkin hati mereka selama ini semakin mengeras karena tak ada yang mencoba melembutkan.

dan setidaknya, pemandangan ba’da Jumatan tadi adalah secuil air yang perlahan mengikis dekilnya hati mereka (ahli hisabdi gerbang Kalimongso). Mungkin bukan sekarang. Biarkan mereka sekedar terpana saja sekarang. Dan esok akan ada jalan lain bagi mereka menuju secercah cahaya harapan, harapan untuk kebaikan.

Untuk laki-laki ber-name tag kuning:Terima kasih untuk murajaah di situ. Terima kasih, menghadirkan pemandangan mengagumkan bagi perokok di seberangmu itu.Terima kasih, walau saya tak kenal. Kalau ketemu lagi, insyaAllah gak ingat. Sebelumnya pun belum pernah kenal. Tapi, terima kasih, saya pun, ada noda yang mengelupas di hati saya, yang juga sudah lama mengerak, mengeras. Membatu, membeku.

wahai hamilal Quran..kalian selalu menggetarkan..

0 komentar: