Laporan PKL Untuk Papa

Pa, akhirnya widya beli pulsa modem demi menulis ini. Padahal berjanji untuk tidak OL selama Ramadhan. Ini widya tulis dari hati untuk Papa, hanya untuk Papa. widya ketik dengan air mata, air mata cinta. Widya sayang Papa.

Papa sudah makan ? Makan sup Mama, kesukaan Papa. "Widya harus bisa masak sup seenak ini.."

Ramadhan saat widya kelas 2 SD dulu, Papa memaksa Widya agar membatalkan puasa. Dijawab dengan gelengan kuat yang motivasinya entah apa. Mungkin pengaruh iqamah pertama yang Papa bisikkan ditelinga begitu menjiwa. Hingga menjaga kehanifan itu sejak mula. Semoga.

Dulu kelas 3 SD, widya sakit. Papa nganter widya sekolah naik tangga sekolah digendong. Memaksa menelan obat setiap pagi.

Dulu, suatu pagi, mobil mogok lagi. Widya berangkat didikan Shubuh jalan kaki berdua Papa

Dulu, widya dianter ngaji setiap hari.

Dulu, dipaksa makan sayur. Sampai kelas 3 SMP masih belum mau. "Nanti widya pasti nyesel gak dengerin kata Papa.." masih bergeming.

Sekarang sayur itu enak pa, widya suka sayur. Widya suka sayur sekarang, pa.

widya belum terlalu suka ikan, tapi widya mencoba..

widya sayang papa, widya sayang papa..

Sekarang widya PKL, di sini bertemu banyak bapak yang mungkin seumuran Papa. Kernyit dahinya seperti Papa. Widya rindu papa. Widya rindu papa. Rindu setoran hapalan pada papa yang menatap Quran di balik kaca mata..

Widya sayang papa. Saat kultum hari Jumat di kantor, ada hadits: "masukilah surga lewat ayahmu.."

widya ingin pa masuk syurga.. Lewat papa.. maafkan widya, maafkan widya..

Ingat papa memperbaiki piala pertama widya yang rusak. Ingat papa kecewa saat widya batal ikut lomba pidato bahasa inggris waktu SMP. Widya anak papa. Widya anak papa..

Beberapa hari yang lalu bertanya pada mama: "Ma, papa sayang widya ndak ma ?"

Ramadhan ini semoga kita sekeluarga menjadi hamba yang (semakin) bertakwa...

0 komentar:

Pilu

Jujur,,, pilu
Bukan karena tidak bisa melihat langsung semangatmu tiap hari yang selalu membersamaiku
Karena diantara semangatmu kau tak lupa menitipkannya pada orang-orang sekitarmu
Semangatmu itu akan tetap terasa membersamaiku

Pilu
Bukan karena aku berfikir engkau telah menjauh dari citamu
Sebaiknya, karena menguatnya cita menjadi keluargaNya,,, dambaan terbesarmu
Dan aku percaya itu

Pilu
Bukan karena aku ragu kau tak mampu
Karena ku yakin kau akan tetap menjadi seekor burung cantik yang terus mengepakkan sayap menyapa Yang tengah merindumu

Aku pun tak tahu pasti pilu apa itu
Karena hati lelah mencari alasan
Cukup karena,,, memang itu yang kurasa


"Jazakillah, telah membuat diri ini mampu menangis pilu, tersembilu membaca kalimat ini lagi.
Afwan untuk banyak khilaf dan salah ya Mi..

Maafkan widya Mi, iman yang sedang compang-camping belum mampu merangkaikan kalimat indah malam ini, tapi mudah-mudahan ketulusan semakin menyuburkan ukhuwah, dan itu tersampaikan walaupun tak inda..

Uhibbuki fillah..."

-widya sayang Azmi, karena Allah. Karena Allah...

0 komentar: