Kangen

"tentang mataku yang nyaris tak pernah beradu dengan matamu, karena belum sedetikpun kau sudah berpaling.."

aku tahu, selamanya mungkin kau tak akan pernah membaca tulisanku  ini.Betapa, betapa sudah sangat jauh persahabatan kita. Terlalu jauh,ukh. Dan aku rindu.

diam mu, terlalu sulit mengartikannya. Lalu aku bertanya, kau jawab dengan air mata. Aku harus teriak-teriak lagi agar kau bersuara? Kenapa, apa.

Jangan berpaling. Karena pernah kau katakan, kau lah yang paling luka di antara kita.Tak ada yang luka. Tak ada yang luka. Tak rindukah kau padaku?

..dan aku rindu. Dan kalaupun kau baca ini, pasti kau pikiri bukan untukmu. Maka ku katakan padamu, ini memang untukmu. Ini memang untukmu. Ini memang untukmu. Jawab aku. kecuali selamanya kau mengaku tak melihat ini dan tak memahami bahasaku. dan aku rindu.

0 komentar:

Aku Padamu

aku di matamu, dan kau di mataku.. Sungguh aku ingin berkisah tentang ukhuwah denganmu. Tentang tatapku, tentang ucapku, tentang celetukanku. Lalu bagaimana kau menyikapinya..memakluminya..dan akhirnya aku merasai tak enak sendiri. Dan sejujurnya, aku kurang suka begini.

Ah tidak, tidak sepenuhnya begitu juga. Kau mencintaiku dan aku sangat mencintaimu :)
percayalah, aku sangat mencintaimu. Walau tak terlihat begitu. Dan ini bukan tentang tatapku, tapi tatapan kita. Juga bukan tentang ucapku, tapi tentang perbincangan kita.

Bagaimana aku belajar dari kalian yang teramat amat sangat dalam menjaga perasaan, setidaknya itu yang kurasakan. Tentang aku yang senang berterus terang, dan kalian yang senang mendiamkan.

sungguhkah demikian? mungkin aku perlu bertanya pada bulan.. karena malam ini langit memang mengagumkan.

..terima kasih, membuatku menyediakan ruangan baru dalam biliik hati. Untuk kita, memenuhinya dengan kisah dan cerita beberapa waktu ke depan. Mungkin iman ku yangtak layak hari ini, rasanya banyak yang kurang. Dan aku sangat yakin, tersedia sebongkah kepemaafan.

Aku sayang kalian, kawan
TT.TT

maaf kalau kurang jelas,,

0 komentar:

Dialog Dua Sahabat

1. ukh,menurut saya... perlahan saya berjalan mundur. Dan saya melakukannya dengan "penuh kesadaran"

2. Jika sadar berjalan mundur,,,apa mau terus-terusan mundur ? Kalau anti sudah mundur terlalu jauh, tak ada kereta yg akan membawa anti. Mau tertinggal sendiri ?

"semoga Allah mengampuniku"

1. Saya memang sudah tertinggal sendiri. Karena memang sudah terlalu jauh & kereta telah berangkat T_T

2. Oh berarti udah lama banget di tempat itu ya,ukh? Udah seberapa besar usaha anti untuk berjalan tanpa kereta? Atau anti udah terlalu nyaman di tempat itu hingga anti enggan untuk bangkit.

1. Mungkin saja ku bukan yg dulu lagi

2. Ya memang tak akan sama seperti dulu. Usahanya harus lebih diperbesar. Jangan pake strategi yg dulu. Ga mempan!

1. Sahabatku,
maka dengan kebeningan hatimu,,
dengan kejernihan pikirmu,, berikanlah nasihat terbaikmu untukku. Untuk sahabatmu yg terus kebingungan di tengah benderang cahayaNya.

2. Menatap wajah Allah, berkumpul dengan Rasulullah, berkumpul dengan para sahabat, berkumpul bersama di jannahNya,, tentu tidak dengan keimanan dan ketaatan yg compang camping. Mari sama-sama memperbaiki diri ^_^

---dan bening di matanya yang jatuh perlahan dan dia sembunyikan. Jazakillah ukhtiku sayang---

0 komentar:

La Tahzan

Dari keterasingan agama ini bermula, dan kepada keterasingan ia kembali..

Nikah tanpa pacaran, jilbab yang lebar berkibar, bahkan mencita-citakan kematian.

Fanatik, ekstrim, atau apapun..

Kita terlampau asing. Saking asingnya,,mereka geleng-geleng kepala menyaksikan perangkat agama ini, agamanya sendiri yg mencengangkan.

Mendapati kesangsian, penentangan, dan perlawanan. Atau juga simpati, kekaguman, dan pujian yang hanya sebatas itu. Salut tanpa dukungan. Kesemuanya terasa bagai menggenggam bara di telapak tangan.

Dan kita berjalan,melangkah dengan kesedihan yang sungguh.. Seorang sahabat berbisik, "la tahzan, allah beserta kita."
dengan bening yang bergulir di pipinya.

Allah pasti telah menghitung air mata itu.

(Allah, Engkau dekat. Penuh kasih sayang. Tiada pernah Kau biarkan hambaMu menangis)-Opick

-comot sana sini dari buku Jalan Cinta Para Pejuang & Saksikan bahwa Aku Seorang MUSLIM)

0 komentar:

Ma'shiat

ba'da magrib ini seorang kawan menceritakn isi sms temannya yang kurang lebih begini : "seorang pemimpin itu jauh dari ma'shiat dan saya belum"


saya jadi ingat,,dulu saya sempat bertanya pada seorang kakak :

"kak,widya ngerasa kalau ma'shiat itu jauuuh banget. Ma'shiat itu dalam bayangan widya seperti membunuh,maling,dll."

kata beliau, "ghibah adalah ma'shiat dek. Suuzhan pun.. Lalai shalat pun. Tidak QL bahkan untuk yg seharusnya sudah sampai pemahamnnya. Tidur setelah shubuh juga sudah tak layak bagi kita.. Dan semuanya adalah ma'shiat"

kakak itu tersenyum.. Dan berujar, "kakak juga belum."

selebihnya kami hening

0 komentar:

Gulai Baga

Ini tentang beliau.. yang sekiranya sudah menangis berarti sudah terlampau marah. dan itu sangat jarang. Hampir tak pernah malah.. tak akan ada tangis pecah jika hanya "sekedar marah", kecuali ditambahi kekecewaan..

ternyata, menyakiti itu memang mudah sekali. bahkan pada seorang yang paling dikasihi. Seperti pagi ini, dengan riang menceritakan kesibukan di kampus yang menyenangkan. Ukuwah dan mahabbah bersama para kawan-kawan. Sampai beliau menanyakan : baa gulai baga patang nak? Lai lamak lai kan??

dengan riang pun menjawab, "belum dimakan, Ma. Kan sibuk belakangan ini Ma."

setelah itu, aku masih ingin menceritakan banyak hal. Merasa tak ada yang salah. Sampai-sampai tak menyadari suara beliau mulai berubah dan ingin menyudahi:

"nanti Mama ulang lagi ya,, Mama mau ke belakang dulu."
suara yang aku yakin bercampur dengan tangis... Dan aku terbungkam..

mungkin dalam hati : ternyata begini jadinya, Nak. Dimasakkan hari Selasa Pagi. Dan Sabtu pagi belum kau makan??

Urutan dada. Luka dan air mata. Bercampur kecewa.
Aku terlalu pandai melupakannya.. gulai baga.. T.T

0 komentar: