Syamita Alif Asmia, Widya Nova Shahfira :)

hmm, Fira ingat ketika widya "mengkhitbah" fira untuk menjadi sahabat tahsin widya. Itu karena fira bercita-cita menjadi ibu negara, dan widya ingin menjadi temen ngaji ibu negara. Ya fir, kemudian segalanya bermula. Walaupun itu ketika kita sudah tingkat tiga, setidaknya sebelum widya menyesal: satu spesialisasi dengan (calon) ibu negara tapi tak kecipratan apa-apa. Maka dengan semangat membaja, mengajukan diri dengan gagah berani. Setengah memaksa agar diterima :'D

Fira, di balik jalin-jalinan agenda yang sengaja kita renda, Allah punya banyak rahasia tentu saja. Kita dipertemukan kemudian diakrabkan iman. Bukan sekali dua kali kita berbarengan pulang dari sebuah acara. Di depan pohon jambu, selalu merasa saling enggan berpisah. Cerita, kisah, hikmah seakan tak berhenti terus mengalir. Deras, sederas air di musim hujan. Berbagi warna, bertukar makna.


Bersama Fira,
widya tau, Allah tak pernah salah dengan pilihanNya. Belajar dari hikmah yang begitu indah bahwa Allah langsung yang mentarbiyah.


Bersama Fira,
widya tau, Allah selalu punya cara melunakkan hati kita atas tinggi hati. Lalu tiba-tiba kita dapati diri ini sebagai seseorang yang lembut jiwa. Dan merasa begitu dicintai olehNya.

saat Fira bilang: "wid, Fira sedang diselamatkan jamaah. Wid, Fira sedang dijaga Allah. Wid, Fira beranjak memahami.." widya takjub juga malu.

Saat Fira meminta maaf jika suatu hari nanti Fira urung menjadi ibu negara, widya yakin Allah telah menyiapkan kedudukan yang jauh lebih mulia dari sekedar ibu negara. Ibu, di istana syurga. Dan besok, in syaa Allah, biidznillah, Fira akan menikah. Semakin dekat, semakin dekat pada titel 'ibu'. Dan agaknya, widya perlu sedikit cemburu :'D

"Nanti kalau Fira sudah menikah, kita pasti berubah ya Fir?"hmm, sesungguhnya itu bukan pertanyaan. Widya hanya butuh penegasan, bahwa widya tak perlu merasa ditinggalkan. Toh, tak akan ada yang berubah di antara kita. Kita akan tetap sama, sebelum dan setelah menikahnya Fira. Itu jawaban yang widya harapkan. Harus sedikit kecewa dg jawaban fira: "iya widya, setelah menikah kita akan berubah. Berubah lebih baik tentunya"

Tertegun, rasa syukur kembali terlantun. Allah Maha Baik menganugerahi ukhuwah semanis ukhuwah widya dan fira. Allah Maha Mengajari widya. Mengajari kita berdua lebih tepatnya. Bahwa Dia Maha Bijaksana. Bahwa Dia Maha Tahu Segalanya. Segalanya tentang yang terbaik untuk setiap hamba.


jazakillah Fira sayang.

kisah yang terbentang di antara kita, sangat berharga. Nasi goreng yang menyaksikan mata membasah. Jus buah yang ikut menemani kita memaknai kisah menjadi hikmah. Ayam bakar dan es coklat yang membuat kita lupa bahwa ini sudah jam berapa. Foto berdua. Nakal widya-shahfira. Semuanya terasa sangat istimewa.

setelah ini, sedikit banyak pasti ada hal yang berubah :')
Tapi widya sadar, setiap langkah yang kita jejak bersama hingga hari esok akhirnya tiba, benar-benar lebih dari cukup. Mengantarkan kita pada dewasa sekaligus menempa diri jadi bijaksana.

"kalau memang ini dari Allah dan karena Allah, pasti Dia yang akan menolong kita, Widya"

:))

Sekiranya bisa, ingin sangat untuk bisa hadir di sana. Ingin secara langsung menyaksikan rona bahagia bersemu merah muda di pipi fira. Tapi sekedar ini pun widya harus berlapang dada, widya harus cukup bahagia, Allah perkenankan menjadi saksi. Saksi dari ikhtiar seorang hamba memenangkan ridha Rabbnya. Dan Fira sukses melewati itu semua.


Fira, ternyata tidak hanya Pasuruan, Bintaro, atau Jakarta. Minang pun ikut deg-degan, sekaligus bahagia. Bahagia yang dibalut doa. Barakah, in syaa Allah..

00:59, 15.11.13
ditingkahi deras hujan. Masih di ranah Minang..

0 komentar:

Syahruna - Syamita

Ba'da ashar, senyum-senyum sendiri di hamparan sajadah. Pasalnya, kangeeeeen berat pada Runa :'p

Awalnya widya denger percakapan mama dan papa, tiba-tiba ingat ucapan widya pada Runa: "Runa tuh kayak papa widya. Apa-apa dibuang.. Sedikit-sedikit dicampakkan.."

hehehe, ternyata widya sangat rindu. Runa jahat, 3 sms widya gak dibaless.. hiks


RUNA: udah berapa tahun biskuit widya ini, runa buang yaa..
WIDYA: jangan run, masih enak kok.. kan widya ikat pakai karet. Gak bakalan masuk angin biskuitnya
RUNA: awas ya kalau gak dimakan..
WIDYA: iye..iye (sambil nyengir)


beberapa hari kemudian
RUNA: adanya widya makan kue itu? hah?
WIDYA: besok lah ya run, widya udah gosok gigi, hehe
RUNA: liat lah itu alasannya..

akhirnya setelah sekian puluh abad tak jua widya makan. Suatu siang, runa bilang: wid, tadi runa kelaparan.. biskuit widya runa makan. Hahahaha :D

pernah dengan muka kecut menahan rasa tidak enak mengunyah-ngunyah kacang widya yang sudah masuk angin. "Gimana? Masih enak kan?" ledek runa. "Widya tuh ngeyel terus kalau dibilangin.."Seperti biasa, selalu tak mau kalah.. "Enak tau run, kan widya taruh kulkas..weeek"

"nan heranan lah runa liat widya ini.." sambil geleng-geleng kepala


Kangeeeen pake banget lah sama runa. Kangen menyebut-nyebut Mak Adang, Ciani, Elok, Mak Utiah, Om As beserta statistik kepulangan widya. Atau mulai murajaah daftar nama kami sekeluarga. Widya, Hanif, Aisya, Huda, Dafi, Dila, Fauzan.. Sampai Runa hapal :D

"Tak pernah runa liat orang seperti widya ini. Pandai kali bikin runa marah"

hehehe. Afwan ya run..

tapi run memang ya, kata om Tasharo GK

"...mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya."

sudah ya, ini di "Fadang" sudah mulai "gelaf". Semoga segera ketemu lah kita ya, kita kan "arkab".. Dadah syahrun.. :')

NB: Dan buat risma, jangan heran ya dek kenapa risma liat kakak selalu tersenyum dan tertawa selama risma di sini. Karena kakak selalu bahagia dekat kak Runa :'))

salam rindu dari bumi Minang.. Sayaaaang runa.. ^^

0 komentar: