Dakwah Yang Kucinta

Kuliah Munakahat bersama ustadz Masturi dulu, ada wejangan beliau: "jangan sekali-kali mencintai secara membabi buta. Babi saja sudah haram, apalagi babi buta"


kawan-kawan, ini tentu bukan kode atau sedang galau. Hanya belakangan sering membaca artikel yang khawatirnya melemahkan semangat tulus beberapa sahabat. Dengan informasi yang melimpah ruah, kalau tidak disaring benar-benar akan membuat kepala pusing. Dan kesemuanya sangat mempengaruhi cara kita memandang secara proporsional dan objektif.

Dalam bincang dengan seorang kakak, beliau cerita kalau dulu sangat anti dengan training motivasi dulunya. Menganggap bahwa hal tersebut hanya sebatas teori tanpa aksi. Tetapi suatu hari hingga kini, beliau malah menjelma menjadi seorang training motivator. "Karena kakak sudah punya pemahaman baru tentang itu, dek.."

Berkaca pada diri sendiri atau mengingat beberapa kawan, ternyata memang segala sesuatu itu bisa berubah. Dulu orang yang kita kenal keras tiba-tiba bisa menjadi seorang lembut. Siapa yang dulunya benci bisa menjadi cinta, begitupun sebaliknya.. Dinamis. Kita tanpa sadar sering menilai seseorang tidak konsisten dalam bersikap dan berucap. Banyak hal dalam dirinya berubah, yang kita lupa bahwa beliau menemui banyak peristiwa apa yang berangsur-angsur akhirnya merubah seratus delapan puluh derajat pemikiriannya.

Kadang diri pribadi juga tak jarang begitu..

Ada sakit menjalari hati saat merenungi hijrah seseorang dari ghirah menuju futurnya.. Seketika tersentak, kini memang yang paling ampuh itu hanya introspeksi, barangkali banyak yang tak betah dengan dakwah karena mereka tak merasakan kesejukan tarbiyah dalam pribadi saudara/saudarinya. Dan biarkan semua menjadi rahasia Allah hingga semua kita terus berusaha semakin membaik dari masa ke masa.

Pernah ada yang mendengar ada yang memaki Umar bin Khattab habis-habisan dengan sangat kasar. Ketika diintip, ternyata Umar sendiri yang sedang memaki dirinya.. Ah kita, dengan segala macam alasan dan pembenaran, pastilah ada satu titik dimana kita bisa jujur introspeksi menghakimi dan memuhasabahi hati. Dalam ruang yang hanya kita denganNya.

Seperti cerita Ustadzah Hani di Ma'had Tarbiyah dulu, masih Umar, ketika pendapatnya sering berbeda dengan Rasulullah dan Abu Bakr. Tapi akhirnya Allah turunkan wahyu langit yang justru membenarkannya.. Ditariknya janggutnya di dagu, menyendiri berkaca-kaca sembari bertanya: "Allah, sebenarnya siapa diriku ini ?"

Dalam miris menyimak curhatan seorang kawan, saya titipkan doa..

Allah, maafkan, ampuni.. jika ada saudara saudari kami yang lari dan tak betah karena gerah dengan diri yang gersang ini..

0 komentar: