Syamita Alif Asmia, Widya Nova Shahfira :)

hmm, Fira ingat ketika widya "mengkhitbah" fira untuk menjadi sahabat tahsin widya. Itu karena fira bercita-cita menjadi ibu negara, dan widya ingin menjadi temen ngaji ibu negara. Ya fir, kemudian segalanya bermula. Walaupun itu ketika kita sudah tingkat tiga, setidaknya sebelum widya menyesal: satu spesialisasi dengan (calon) ibu negara tapi tak kecipratan apa-apa. Maka dengan semangat membaja, mengajukan diri dengan gagah berani. Setengah memaksa agar diterima :'D

Fira, di balik jalin-jalinan agenda yang sengaja kita renda, Allah punya banyak rahasia tentu saja. Kita dipertemukan kemudian diakrabkan iman. Bukan sekali dua kali kita berbarengan pulang dari sebuah acara. Di depan pohon jambu, selalu merasa saling enggan berpisah. Cerita, kisah, hikmah seakan tak berhenti terus mengalir. Deras, sederas air di musim hujan. Berbagi warna, bertukar makna.


Bersama Fira,
widya tau, Allah tak pernah salah dengan pilihanNya. Belajar dari hikmah yang begitu indah bahwa Allah langsung yang mentarbiyah.


Bersama Fira,
widya tau, Allah selalu punya cara melunakkan hati kita atas tinggi hati. Lalu tiba-tiba kita dapati diri ini sebagai seseorang yang lembut jiwa. Dan merasa begitu dicintai olehNya.

saat Fira bilang: "wid, Fira sedang diselamatkan jamaah. Wid, Fira sedang dijaga Allah. Wid, Fira beranjak memahami.." widya takjub juga malu.

Saat Fira meminta maaf jika suatu hari nanti Fira urung menjadi ibu negara, widya yakin Allah telah menyiapkan kedudukan yang jauh lebih mulia dari sekedar ibu negara. Ibu, di istana syurga. Dan besok, in syaa Allah, biidznillah, Fira akan menikah. Semakin dekat, semakin dekat pada titel 'ibu'. Dan agaknya, widya perlu sedikit cemburu :'D

"Nanti kalau Fira sudah menikah, kita pasti berubah ya Fir?"hmm, sesungguhnya itu bukan pertanyaan. Widya hanya butuh penegasan, bahwa widya tak perlu merasa ditinggalkan. Toh, tak akan ada yang berubah di antara kita. Kita akan tetap sama, sebelum dan setelah menikahnya Fira. Itu jawaban yang widya harapkan. Harus sedikit kecewa dg jawaban fira: "iya widya, setelah menikah kita akan berubah. Berubah lebih baik tentunya"

Tertegun, rasa syukur kembali terlantun. Allah Maha Baik menganugerahi ukhuwah semanis ukhuwah widya dan fira. Allah Maha Mengajari widya. Mengajari kita berdua lebih tepatnya. Bahwa Dia Maha Bijaksana. Bahwa Dia Maha Tahu Segalanya. Segalanya tentang yang terbaik untuk setiap hamba.


jazakillah Fira sayang.

kisah yang terbentang di antara kita, sangat berharga. Nasi goreng yang menyaksikan mata membasah. Jus buah yang ikut menemani kita memaknai kisah menjadi hikmah. Ayam bakar dan es coklat yang membuat kita lupa bahwa ini sudah jam berapa. Foto berdua. Nakal widya-shahfira. Semuanya terasa sangat istimewa.

setelah ini, sedikit banyak pasti ada hal yang berubah :')
Tapi widya sadar, setiap langkah yang kita jejak bersama hingga hari esok akhirnya tiba, benar-benar lebih dari cukup. Mengantarkan kita pada dewasa sekaligus menempa diri jadi bijaksana.

"kalau memang ini dari Allah dan karena Allah, pasti Dia yang akan menolong kita, Widya"

:))

Sekiranya bisa, ingin sangat untuk bisa hadir di sana. Ingin secara langsung menyaksikan rona bahagia bersemu merah muda di pipi fira. Tapi sekedar ini pun widya harus berlapang dada, widya harus cukup bahagia, Allah perkenankan menjadi saksi. Saksi dari ikhtiar seorang hamba memenangkan ridha Rabbnya. Dan Fira sukses melewati itu semua.


Fira, ternyata tidak hanya Pasuruan, Bintaro, atau Jakarta. Minang pun ikut deg-degan, sekaligus bahagia. Bahagia yang dibalut doa. Barakah, in syaa Allah..

00:59, 15.11.13
ditingkahi deras hujan. Masih di ranah Minang..

0 komentar:

Syahruna - Syamita

Ba'da ashar, senyum-senyum sendiri di hamparan sajadah. Pasalnya, kangeeeeen berat pada Runa :'p

Awalnya widya denger percakapan mama dan papa, tiba-tiba ingat ucapan widya pada Runa: "Runa tuh kayak papa widya. Apa-apa dibuang.. Sedikit-sedikit dicampakkan.."

hehehe, ternyata widya sangat rindu. Runa jahat, 3 sms widya gak dibaless.. hiks


RUNA: udah berapa tahun biskuit widya ini, runa buang yaa..
WIDYA: jangan run, masih enak kok.. kan widya ikat pakai karet. Gak bakalan masuk angin biskuitnya
RUNA: awas ya kalau gak dimakan..
WIDYA: iye..iye (sambil nyengir)


beberapa hari kemudian
RUNA: adanya widya makan kue itu? hah?
WIDYA: besok lah ya run, widya udah gosok gigi, hehe
RUNA: liat lah itu alasannya..

akhirnya setelah sekian puluh abad tak jua widya makan. Suatu siang, runa bilang: wid, tadi runa kelaparan.. biskuit widya runa makan. Hahahaha :D

pernah dengan muka kecut menahan rasa tidak enak mengunyah-ngunyah kacang widya yang sudah masuk angin. "Gimana? Masih enak kan?" ledek runa. "Widya tuh ngeyel terus kalau dibilangin.."Seperti biasa, selalu tak mau kalah.. "Enak tau run, kan widya taruh kulkas..weeek"

"nan heranan lah runa liat widya ini.." sambil geleng-geleng kepala


Kangeeeen pake banget lah sama runa. Kangen menyebut-nyebut Mak Adang, Ciani, Elok, Mak Utiah, Om As beserta statistik kepulangan widya. Atau mulai murajaah daftar nama kami sekeluarga. Widya, Hanif, Aisya, Huda, Dafi, Dila, Fauzan.. Sampai Runa hapal :D

"Tak pernah runa liat orang seperti widya ini. Pandai kali bikin runa marah"

hehehe. Afwan ya run..

tapi run memang ya, kata om Tasharo GK

"...mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya."

sudah ya, ini di "Fadang" sudah mulai "gelaf". Semoga segera ketemu lah kita ya, kita kan "arkab".. Dadah syahrun.. :')

NB: Dan buat risma, jangan heran ya dek kenapa risma liat kakak selalu tersenyum dan tertawa selama risma di sini. Karena kakak selalu bahagia dekat kak Runa :'))

salam rindu dari bumi Minang.. Sayaaaang runa.. ^^

0 komentar:

Secabik Iman

Jalan menuju tuhan acap kali asing di mata kita, kalaupun bukan kita salah pahamkan. Para pejalan yang melintasinya akan menemukan kesunyian, tercampak dari orang ramai meskipun sang  pejalan tak lelah-lelahnya merengkuh mereka.

Shalat kali ini adalah kesekian kalinya ku akhiri dengan tundukan terdalam. Mencoba mengurai benang-benang kenangan yang tampaknya sudah kusut. Mencari secuil harapan, semoga kutemukan simpul untuk membantu menguatkan. Mengapa setiap waktu tidak pernah sama ? Ada saja yang menghilang tercecer tanpa tersadari. Mana semangat itu? Kemana aku harus memintanya ?

Teringat momen-momen indah saat dikenalkan dengan jalan ini. Jalan orang-orang yang tampak tak pernah lelah, tegar menapak lurus menuju jalan Allah. Sayap-sayap jiwa begitu ingin kukepakkan ke puncak dunia, mengabarkan kepada angin panas gurun sahara, sungai-sungai bening di Venezia dan hutan-hutan Arizona, betapa indah dan agungnya Dia. Siulan demi siulan, nyanyian demi nyanyian, seruan demi seruan... terus ku melambung tinggi berani membelah pelangi dan tak jarang harus menantang awan kelabu.

Kemudian setelah beberapa lama, kulihat kebelakang tapak-tapak yang telah kulalui. Ya Tuhan, tak ada yang berubah  atau perubahan itu begitu samar sehingga tak tampak dimata siapa saja. Tak ada yang peduli, apalagi menyalakan sumbu lentera di rumahnya.

Aku terengah-engah mengenggam napas satu demi satu. Penat. Berair mata. Apakah ini sia-sia ? Maka kumohon, izikan aku bersandar sebentar dipohon plum tua ini. Biarkan dulu aku sembunyi...  aku masih terlalu takut untuk bermimpi lagi.

Dan dimana mereka? Mereka yang dulu selalu menawarkan bunga. Yang membawakanku manisan cherry sambil bercerita tentang kisah-kisah pesaudaraan yang menakjubkan. Saat itu aku begitu percaya. Entah sekarang, kukira aku perlu memikirkannya lagi.

Atau apakah karena mereka menganggap bahwa kau sudah punya sayap sehingga ta memerlukan siapapun lagi? Seandainya mereka tahu, ingin kubisikkan, sayap ini tak selalu sempurna, ada luka-luka disetiap sudut-sudutnya. Seandainya mereka bisa merasakan, tidak hanya memerlukan sayap untuk terbang tinggi, tapi juga hati.

Beginikah memang suratannya, bahwa disini tidak ada ingar-bingar menggegapgempitakan telinga. Bahwa aku harus kuat melebihi kekuatanku sendiri sehingga aku tak boleh meminta pada manusia. Hanya memberi,memberi dan memberi. Beginikah wahai Allah, rasanya jalan menuju Surga-Mu ?

Bila benar, aku mohon tunjuki pada arah jalan-Mu. Biarkan aku untuk menjadi bagian yang menegakkannya, seletih apapun itu. Jangan biarkan gerak-gerak kecewa hembusan setan meluluh lantakkan secabik iman. Kuatkan aku untuk terus berjalan dengan telapak berdarah namun dengan mata terbuka agar selalu kulihat keindahan kasih sayang-Mu. Pada tiap tetes duka, tiap sayat rindu, tiap lara sendu, tiap perih sepi, aku tahu Engkau punya segala jawabnya. Maka ajarilah aku untuk mengerti bahasa-Mu.

Bila untuk memenangkan cahaya-Mu, aku harus menjadi orang terasing dalam kedinginan salju beku, biarlah begitu. Bila nanti ada saatnya akan hanya ada satu orang yang bertahan dalam kesendirian menekuri kalimat-Mu, bersabar dikesepian jalan-Mu, ketika dunia menganggap ia dan mimpinya adalah pasangan gila sejati, maka izinkanlah itu aku.

Dan tolong sampaikan wahai Rabb yang menguasai hamba-hamba-Nya, salamku pada musafir-musafir pejuang agama-Mu yang ergerak dengan sunyi, yang kokoh dalam hancurnya hati, yang terus memberi  tanpa henti. Merekalah manusia-manusia terpilih yang tak kan kau biarkan sendiri. Laa takhaf wa laa tahzan! Jangan takut dan jangan bersedih. Sungguh, ada Allah, kepadanya kita berharap dan Dialah sahabat yang selalu dekat.

Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalan yang sepi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang.


tulisan ini dikutip dari buku karangan Martina Rahmi..
semoga bermanfaat

0 komentar:

Spasi

Mungkin ada saat kita saling meninggi hati. Saling ?

Dan dari kejauhan, dari jarak yang terbentang-atau sengaja kita bentang, ada bincang hati di antara kita. Bincang dua hati kita yang berjalan pincang. Pincang tanpa kebersamaan, berbincang dalam kesendirian. Melantun rindu. Ternyata berat. Sangat berat, untuk jauh darimu.

Ada beberapa hal yang kita selisihi. Ada segelintir persoalan yang tak mampu kita sepakati. Hanya bukankah telah lama kita percaya: ukhuwah itu sejati dan kita membangunnya karena kecintaan hakiki.

Tapi entah kenapa tetap saja ada ketawadhuan yang lenyap ketika kesombongan itu tak sengaja hinggap.

Semoga ada rasa kangen yang menyelinap dan melunakkan hati kita.  Hingga akhirnya, kelembutan jiwa menuntun kita untuk segera bertemu. Karena jarak memberi ruang pada rindu.

0 komentar:

Ishlah

Kemarin sore, kangen pada suasana KPPN Tangerang bersama Ummi dan Salsa. Melewati gerbang PJMI dan bapak-bapak yang menarik becak, di sana. Rencana ifthor itu baru terealisasi 1 kali :")

Rindu, pada kebaikan yang kita rencanakan bersama. Rindu, pada pola interaksi kita bertiga.

Ingat saat-saat paling berat, saat harus membanting tulang sore dan malam. Lalu pulang dalam keadaan remuk. Alangkah kalian menjadi saksi segalanya. Sebenarnya bukan banting tulang itu yang meremukkan, tapi berjuta beban yang rasanya tak tertanggungkan. Rasa bersalah dan berdosa, atas teguran-teguran Allah. Teguran yang teramat lembut, hingga sekali lagi merasa begitu dicintaiNya.
 
Ini hanya tulisan random, entah apa sebenarnya yang ingin tersampaikan. Entah apa yang sebenarnya ingin widya bicarakan.

Seperti berpikir, pernahkah Al Amin dan Ash Shiddiq 'membicarakan' Al Faruq? Hingga saat Al Faruq mengetahui pembicaraan itu, ia merasa sangat dilukai. Tidak, widya tidak sungguh-sungguh sedang ingin tau jawabannya, hanya sekedar ingin mengandai-andaikan pemisalan.

Bahkan dengan pemisalan yang sebenarnya tidak relevan. Siapa Al Amin, siapa Ash Shiddiq, siapa Al Faruq. Insan yang sempurna cintanya pada sang Pencipta. Lalu siapa kita.

Besok, kalau kita bertemu, apa yang harus kita bincangkan ? atas segala yang pergi, ada banyak yang tetap tertinggal. Juga banyak yang bertambah: ishlah. Dan itu sudah cukup untuk disyukuri. Walau separuh hati tersakiti. Bahkan sudah kita sepakati, kesakitan di jalan ini pun adalah kebaikan. Kebaikan yang mengantarkan kita pada perbaikan.

Juga, sms kemarin yang belum terjawab: tentang kesedihan seorang kawan yang merasa tak bisa berbuat apa-apa untuk diin ini. Pasti waktu akan berbaik hati menjawab keresahanmu, hanya jika 'ishlah' menghiasi hariku dan harimu.

Bukan prasangka yang menjadi-jadi. Kita, mungkin tak sebaik yang dipikirkan kebanyakan orang. Tapi juga tak seburuk yang ditudingkan oleh teman yang terlampau mengikuti sangkaannya. Bahkan sebelum kita mampu menjelaskan..

Ishlah..

0 komentar:

Di Bawah Naungan Ukhuwah

hmmm..menatap wajah dan reaksimu takut-takut. Sahabat, aku tau, sepenuhnya aku dicintai. Aku, kalian sayangi. Tiga tahun ini merasa begitu dilindungi..

Kalian hebat, kawan yang hebat.
menjaga, mengayomi.
hingga sedikitpun merasa sedikitpun diri ini tak boleh lecet di kaki, apalagi di hati.
merasa sangat disayangi.sekaligus merasa mengecewakan.

0 komentar:

Harapan itu Masih (Dan Selalu) Ada

Mungkin saja hari ini kita adalah tanah yang berdiri di persimpangan sungai. Pelan, bongkah-bongkah jiwa rontok, meski air tidak terlalu kuat menerjang. Bahkan ia menyapa dengan senyum sumringah, tetapi tubuhmu, jiwamu mengurus. Kebaikanmu terkubur dan dibawa arus, entah kemana.

Engkau bukan tercipta sebagai bongkah tanah yang kaku, aku juga.

Mari, sebelum waktu kita untuk menabur kebaikan terhenti, rontok terbawa ke muara yang tidak kita kenal. Kita hentikan ketepekuran pesimis, atau ketengadahan angkuh. Menjadi ketepekuran perenungan, dan ketengadahan semangat, cerminan jiwa yang masih percaya bisa bangun.

Ah, manusia mana yang belum pernah merasa terpuruk, jatuh hingga ‘pingsan’.

Toh, kita manusia, manusia yang tidak pernah diberikan atribut kesempurnaan. Kesempurnaan itu adalah molekul dalam pencarian, bukan titik inti manusia. Kitalah penulis puisi berjudul degradasi, saat kita larut dalam mengeluh tanpa sebuah upaya mencari jalan, menelusuri jalan yang pekat.

Mari membawa obor-obor yang memadai sehingga mereka teriak, “oh disana ternyata ada jalan.”

Bukan satu hal yang penting nama kita tercatat disana, bahwa jalan ini tertemukan olehku. Bukan. Para pahlawan tidak pernah arahkan mata hatinya untuk tujuan itu, kau pasti tahu itu.

Kita adalah pahlawan, untuk apapun yang kita dedikasikan. Bukan orientasi. Bukan nama, hanya saja agar kelak mereka teriak girang, “oh mereka tidak ajarkan tentang keindahan syurga dunia, tetapi kejujuran bahwa dunia adalah tempat keringat juang tumpah” Kita, bukan bongkah tanah di tepi sungai… yang hanya diam oleh belaian lembut kepalsuan, lalu tenggelam.

-ust Rahmat Abdullah

0 komentar:

Semampuku

ini tulisan copas..tapi membacanya teramat sangat sejuk
ditemukan tak sengaja. tapi rasanya indah. tawadhu'

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu.

Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari,
untai demi untai kata para ustadz kuresapi.
Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat, tentang mahabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada.

0 komentar:

Sekarung Timun

Kelas 2 SMP

Dulu itu ada pelajaran KTM (Keterampilan Minangkabau). Beruntung kami diajar seorang ibu yang sangat 'ibu', maka KTM disulap seketika menjadi jam Budi Pekerti. Tak hanya belajar ukiran rumah gadang tapi juga tentang pewarisan nilai kebajikan. Bahwa guru tidak sekedar mengajarkan tapi mendidik, seperti sang ibu guru.

Satu tahun diajar beliau, tapi ada satu hal yang paling paling berkesan. Paling terkenang, paling tak terlupakan.

"Perempuan dan laki-laki secara kodratnya sudah diciptakan Allah berbeda. Tidak boleh disamakan, dicampurbaurkan.."

wajah teduhnya, suara lembutnya. Tatapan matanya mengajak berbicara dari hati. Dan sampai tepat di hati. Saat itulah banyak malaikat turun ke bumi, menjadi saksi tersampaikannya nilai-nilai syurgawi.

"Laki-laki dan perempuan bagai durian dan timun. Siapapun pasti sepakat pahwa buah durian dan buah timun, tak mungkin dicampur dalam satu karung. Itu pekerjaan yang sia-sia, amalan yang membuat binasa. Yang rugi itu buah timun, nak.."

ah ibu, belum selesai kuungkapkan seluruh penyampaianmu..mataku sudah berembun. Dengan segala kenangan kebaikan yang kau tanamkan, lantas malu dalam akhlak yang tertatih-tatih kuperjuangkan.. Lalu jatuh lagi airmataku, mengenang saudariku satu-satu..hanya tersedu, barangkali setengah pilu.

-aku hanya seorang saudari yang khawatir terlalu, anggap saja begitu. Walaupun sepenuh jiwa tau, semua akan baik-baik saja karena Dia Maha Menjagamu. Yah, Dia Maha Menjaga kau dan aku


(untuk kawan muslimah anggaran: lagi-lagi edisi rindu)
:')

0 komentar:

Dakwah

Mungkin karena banyak alasan saya jatuh cinta pada Tarbiyah, sangat cinta. Walaupun ada banyak kesempatan untuk memilih jalan lain. Keluarga besar Mama yang cenderung ke NU, keluarga besar Papa yang kental Muhammadiyah.

Kemudian, di masa-masa peralihan dari SMA ke dunia kampus, diajak seorang saudari HTI. Dia sangat sudah kokoh HTI nya, sementara saya belum kukuh. Sempat terbakar kobaran semangatnya, akhirnya patah saat 'diselamatkan' oleh Pak Son.

Walaupun saat itu belum kokoh pijakan kaki di tarbiyah:
ajakan teman itu, penyelamatan dari Pak Son itu, akhirnya membantu saya memahat tarbiyah di hati. Hingga kini, saya semakin jatuh hati.

0 komentar:

S.I.M - W.N.S

Sahabat, mungkin kita bukan 2 orang yang sama.
Kamu yang lebih suka diam, sedang aku lebih terbuka.
Aku suka diperhatikan, kamu senang didiamkan,
Barangkali pertanyaan-pertanyaanku, perhatian-perhatianku..
Membuatmu merasa tak berarti.

Maka maafkan.

Kata seseorang, keberjauhan membuat sesuatu lebih indah.
Gemintang, lautan, rembulan, atau awan..
Menjadi megah karena terpisah.

0 komentar:

Zona Nyaman

Ah, bukankah hidup yang berkembang adalah keluar dari satu zona nyaman menuju zona nyaman selanjutnya? Menuju zona nyaman di titik akhir keabadian?

Dan hakikat kenyamanan itu di hatimu, di kelapangan dan kekokohan jiwamu. Maka bersiaplah untuk membayar ‘mahal’nya kenyamanan itu dengan ujian pembuktian kehambaanmu pada-Nya.

-kak Scientia Afifah

benarlah Allah,
semoga aku selalu ridha, dan Engkau tentu Maha Meridhaiku..
aku kembali, lagi

0 komentar:

Amanah

Sejatinya amanah itu,
Bukan karena kamu mampu
Bukan pula karena mereka merasa kamu mampu

Bukan karena kamu tahu kapasitasmu
Bukan pula karena mereka tahu kapasitasmu

Dan jangan sampai pula karena kemauanmu

Amanah itu kehendak Allah, rencana Allah atas kehidupanmu

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu, jika Allah tahu itu yang terbaik bagimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang disekitarmu bersepakat menyatakan bahwa kamu tak mampu, jika Allah tahu amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dirimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang disekitarmu berupaya maksimal agar seseorang yang bukan dirimu yang mengemban amanah itu, jika Allah ingin mendidikmu dengan amanah itu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya seluruh aibmu seketika memenuhi fikiranmu dan membuatmu berhenti melangkah karena ragu, jika Allah tahu amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya, maka amanah itu akan dia berikan kepadamu.

Percayalah, ada rencana terbaik yang sudah Allah persiapkan,
Sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan,
Serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu persiapkan.
Sekali lagi, ini bukan tentang kamu dan mereka, ini tentang kamu dan Dia
Dan melangkahlah dengan percaya, bahwa bersama-Nya semuanya akan baik-baik saja.

– anonim, diambil dari bagian belakang mutabaa’ah yaumiyah PPSDMS



PPSDMS, lebih hebat dari asrama SMA Negeri 1 Padangpanjang kah?
tapi di manapun tempatnya, yang terpenting adalah ghirahmu sendiri, bukan lokasi

Setelah lulus, semoga tetap mencinta kebaikan dan mencipta kebaikan. amiin

foto wisata tahfizh,
bersama kamar 6..

0 komentar:

DIVA

banyak hal yang belum tersingkap hikmahnya kini.
dan apa yang dulu, dulu disesali, sungguh begitu disyukuri saat ini.

Allah, terimakasih, terimakasih Kau amanahi aku dengan muslimah-muslimah shalihat itu.
bukan di tempat yang dulu, dulu nyaris Kau berikan untukku menempa diri dan pemahaman.

dulu mungkin sempat kutangisi, tapi sungguh terimakasih.
di tempat ini, aku mencintai mereka.
mereka mencintaiku.
dan hidupku begitu utuh, begitu penuh, indah. megah.

DIVA. DIVA. DIVA.
kupatri 23 nama kita di relung hatiku..
terimakasih untuk banyak hal, saudariku..

DIVA 33.
widya-ummi-meini-nina-triswa-efa-rizka-mutia-salsa-aulia-lala-lili-nunik-nesty-kiki-esti-hani-hanifah-husna-shahfira-manda-tiya-ita

Divisi Akhwat Anggaran, Ikatan Mahasiswa Muslim Anggaran.
2010-2013

terimakasih untuk ukhuwah dan segala-galanya...

0 komentar:

Bukan Seorang Yang Penting :')

Assalamu'alaikum hanif :)
selamatulang tahun, barakallah.. Semoga hanif menjadi anak yang berbakti, adik yang semakin perhatian, abang yang semakin penyayang, pemuda yang semakin shalih, tercapai cita-cita, dan bermanfaat bagi agama, nusa, serta bangsa.
17 tahun.. :)
makan2 :)


sms dikirim. Si abang hari ini ulang taun. Walaupun kita memang hampir tak pernah merayakan secara spesial, biasanya beli kue dimakan sekeluarga. Atau makan sate di luar :)
ya kan bang?
B)

lalu tak lama, mendapat balasan:

Waalaikumsalam.. Makasi atas doa. a , maaf iko siapo?

heh, sombong sekali si abang ini.. belum tau dia..
segera dibalas

Nana ;)

berharap dibalas dengan manis, kemudian ada sms masuk

O

apa? hanya dibales dengan huruf O?

menghela napas..sedih..
adikku..maafkan nana..

0 komentar:

Untuk Seorang Saudara

Awal mendengar ceritanya saya ragu, apakah benar ada orang yang seperti itu ?

Dulu, pernah diajarkan Mama, jika kita berkompetensi dengan seseorang,, berusahalah menjadi pemenang. Pemenang yang memang pantas menang. Jika nilai awal kita 7, lalu saingan kita 8: berpikirlah bagaimana agar nilai kita menjadi 9. Bukan dengan mencari cara agar saingan kita memiliki angka 6.

Mengangguk setuju, walau belum sepenuhnya paham pengandaian dari Mama kala itu.

Sekarang, mengetahui ada orang seperti itu, saya jadi ingat pemisalan dari Mama lagi. Bahwa ternyata memang ada orang seperti itu. Karena ketidakmampuannya meraih angka 9, berusaha agar lawan menjadi 6. Tersiksa sekali hidup orang itu.

Hidupnya sulit maju, ia berusaha agar lawan terus lebih buruk. Bukan berpikir bagaimana ia lebih baik. Gengsinya terlalu tinggi. Dia pikir idealisme, tapi hanya semacam jumawa dan usaha setengah mati menegakkan wibawa saja saya rasa.

Kadang timbul keinginan mengingatkan beliau, "berhentilah begitu. Saya tahu, kamu capek kan ya ?" :')

tapi buru-buru mwngurungkan niat, khawatir kalau-kalau nanti jadi debat kusir. Sudah banyak yang mencoba, dan semuanya terpental. Alangkah kasihan, harga dirinya begitu tinggi. Lama-lama, khawatir dia malu untuk sujud pada Illahi. Semoga jangan lah yaaa..

untuk seorang saudara, saya hanya bisa berdoa, setulus jiwa,,
semoga Allah merahmati hidupmu.

-hanya orang mendengar sajalah yang mematuhi seruan Allah (Al An'am:36)

Dengarlah, nurani paling bening yang Allah anugerahi. bahwa kadang orang yang kamu anggap lawan itu sungguh menyayangimu. Jangan cinta mati pada gengsi. Karena iblis tercela karena ia tinggi hati..

Dan dengan atau tanpamu, kafilah dakwah ini akan tetap terus melaju :b

0 komentar:

Untuk Seorang Saudara

Awal mendengar ceritanya saya ragu, apakah benar ada orang yang seperti itu ?

Dulu, pernah diajarkan Mama, jika kita berkompetensi dengan seseorang,, berusahalah menjadi pemenang. Pemenang yang memang pantas menang. Jika nilai awal kita 7, lalu saingan kita 8: berpikirlah bagaimana agar nilai kita menjadi 9. Bukan dengan mencari cara agar saingan kita memiliki angka 6.

Mengangguk setuju, walau belum sepenuhnya paham pengandaian dari Mama kala itu.

Sekarang, mengetahui ada orang seperti itu, saya jadi ingat pemisalan dari Mama lagi. Bahwa ternyata memang ada orang seperti itu. Karena ketidakmampuannya meraih angka 9, berusaha agar lawan menjadi 6. Tersiksa sekali hidup orang itu.

Hidupnya sulit maju, ia berusaha agar lawan terus lebih buruk. Bukan berpikir bagaimana ia lebih baik. Gengsinya terlalu tinggi. Dia pikir idealisme, tapi hanya semacam jumawa dan usaha setengah mati menegakkan wibawa saja saya rasa.

Kadang timbul keinginan mengingatkan beliau, "berhentilah begitu. Saya tahu, kamu capek kan ya ?" :')

tapi buru-buru mwngurungkan niat, khawatir kalau-kalau nanti jadi debat kusir. Sudah banyak yang mencoba, dan semuanya terpental. Alangkah kasihan, harga dirinya begitu tinggi. Lama-lama, khawatir dia malu untuk sujud pada Illahi. Semoga jangan lah yaaa..

untuk seorang saudara, saya hanya bisa berdoa, setulus jiwa,,
semoga Allah merahmati hidupmu.

-hanya orang mendengar sajalah yang mematuhi seruan Allah (Al An'am:36)

Dengarlah, nurani paling bening yang Allah anugerahi. bahwa kadang orang yang kamu anggap lawan itu sungguh menyayangimu. Jangan cinta mati pada gengsi. Karena iblis tercela karena ia tinggi hati..

Dan dengan atau tanpamu, kafilah dakwah ini akan tetap terus melaju :b

0 komentar:

Niat

kelak, saat lagi-lagi dirimu merasa bersalah, berdosa, dan bertanya kenpa harus masalah-masalah ada: bukalah lembaran ini. Lembaran pertama saat memulai ini. Lembaran niat, lembaran maksud, lembaran bismillah..

Berhentilah wid, berhentilah merisaukan hal kerdil seperti ini. Berhentilah merasa bersalah.. Berhentilah menjadi kalah.

karena akhirnya sampai detik ini, dirimu belum juga selesai diuji. Biarlah akhirnya engkau luruh dalam maksud hatimu yang paling lurus. Bahwa waktumu di sini, di dunia ini, sudah tak banyak lagi. Mengabadilah bersama kata yang kau ikat menjadi makna, yang berdoa menjadi amalan yang mengantarkanmu ke pintu surga.

agar sejuta rasa menjelma menjadi semilyar nyawa, bahwa kehadiranmu tidak sia-sia.

hah, susahnya meyakinkan diri sendiri. Karena seperti komentar seorang kawan, widya sudah terlalu takut jatuh. Makanya tak mungkin mengangkasa tinggi. Terlalu hati-hati, tapi akhirnya tak menemukan perjuangan yang hakiki.

setelah ini, berjalanlah hati-hati. Tapi teguh, teguh membuktikan pada hari, bahwa setelah jatuh pasti bangkit lagi. Agar iblis mencari jalan lain, tak sanggup ia merasuki niatmu yang bening...

pada janjimu menjadi muslimah sejati, pada janjimu menjadi hamba Allah yang berdedikasi, ummahat hebat.
pada janjimu membagi kenikmatan dipersahabatkan dengan Quran.
pada janjimu merenungi Shirah Nabawi.
pada ukhuwah yang manis. pada kesendirian yang membuatmu menggigil tangis.

lalu menjelma jadi bermilyar kata dengan irama surga. Nada-nada merdu kejujuran seorang hamba..

0 komentar:

kenapa Sajadah Maisyah?

akhirnya..tidak mampu menahan diri dari menulis (blog) lagi. Dan memulai dengan senyuman penuh arti, entah sudah berapa kali hapus-hapus akun facebook, hapus blog, gonta-ganti nomer hape. Biarlah, jika akhirnya mampu menertawakan diri sendiri.. :'D

Allah, aku menulis ini dengan selurus-lurus niatan. Dengan cita-cita yang kupahat sejak aku SMA, dengan nama yang gagah: Sajadah Maisyah.

bismillah..




1 komentar:

Laporan PKL Untuk Papa

Pa, akhirnya widya beli pulsa modem demi menulis ini. Padahal berjanji untuk tidak OL selama Ramadhan. Ini widya tulis dari hati untuk Papa, hanya untuk Papa. widya ketik dengan air mata, air mata cinta. Widya sayang Papa.

Papa sudah makan ? Makan sup Mama, kesukaan Papa. "Widya harus bisa masak sup seenak ini.."

Ramadhan saat widya kelas 2 SD dulu, Papa memaksa Widya agar membatalkan puasa. Dijawab dengan gelengan kuat yang motivasinya entah apa. Mungkin pengaruh iqamah pertama yang Papa bisikkan ditelinga begitu menjiwa. Hingga menjaga kehanifan itu sejak mula. Semoga.

Dulu kelas 3 SD, widya sakit. Papa nganter widya sekolah naik tangga sekolah digendong. Memaksa menelan obat setiap pagi.

Dulu, suatu pagi, mobil mogok lagi. Widya berangkat didikan Shubuh jalan kaki berdua Papa

Dulu, widya dianter ngaji setiap hari.

Dulu, dipaksa makan sayur. Sampai kelas 3 SMP masih belum mau. "Nanti widya pasti nyesel gak dengerin kata Papa.." masih bergeming.

Sekarang sayur itu enak pa, widya suka sayur. Widya suka sayur sekarang, pa.

widya belum terlalu suka ikan, tapi widya mencoba..

widya sayang papa, widya sayang papa..

Sekarang widya PKL, di sini bertemu banyak bapak yang mungkin seumuran Papa. Kernyit dahinya seperti Papa. Widya rindu papa. Widya rindu papa. Rindu setoran hapalan pada papa yang menatap Quran di balik kaca mata..

Widya sayang papa. Saat kultum hari Jumat di kantor, ada hadits: "masukilah surga lewat ayahmu.."

widya ingin pa masuk syurga.. Lewat papa.. maafkan widya, maafkan widya..

Ingat papa memperbaiki piala pertama widya yang rusak. Ingat papa kecewa saat widya batal ikut lomba pidato bahasa inggris waktu SMP. Widya anak papa. Widya anak papa..

Beberapa hari yang lalu bertanya pada mama: "Ma, papa sayang widya ndak ma ?"

Ramadhan ini semoga kita sekeluarga menjadi hamba yang (semakin) bertakwa...

0 komentar:

Pilu

Jujur,,, pilu
Bukan karena tidak bisa melihat langsung semangatmu tiap hari yang selalu membersamaiku
Karena diantara semangatmu kau tak lupa menitipkannya pada orang-orang sekitarmu
Semangatmu itu akan tetap terasa membersamaiku

Pilu
Bukan karena aku berfikir engkau telah menjauh dari citamu
Sebaiknya, karena menguatnya cita menjadi keluargaNya,,, dambaan terbesarmu
Dan aku percaya itu

Pilu
Bukan karena aku ragu kau tak mampu
Karena ku yakin kau akan tetap menjadi seekor burung cantik yang terus mengepakkan sayap menyapa Yang tengah merindumu

Aku pun tak tahu pasti pilu apa itu
Karena hati lelah mencari alasan
Cukup karena,,, memang itu yang kurasa


"Jazakillah, telah membuat diri ini mampu menangis pilu, tersembilu membaca kalimat ini lagi.
Afwan untuk banyak khilaf dan salah ya Mi..

Maafkan widya Mi, iman yang sedang compang-camping belum mampu merangkaikan kalimat indah malam ini, tapi mudah-mudahan ketulusan semakin menyuburkan ukhuwah, dan itu tersampaikan walaupun tak inda..

Uhibbuki fillah..."

-widya sayang Azmi, karena Allah. Karena Allah...

0 komentar:

Hingga Kau Tahu

Dan jawabannya hanya satu, gizi ruhi yang tinggi..

Untuk kemarahan mu yang tak beralasan,
Untuk tangisan yang enggan melengkapi sesalmu,
Untuk hati yang sempit menerima satu dua kata atau sikap yang nyelekit,
Untuk semua yang kau rasa, bahwa kau sedang buruk. Sedang amat buruk.

Gizi ruhi..

Hingga kau tau, ternyata beginilah dirimu itu.
Dirimu yang katanya rindu syurga,
Dirimu yang katanya ingin menghadiahkan mahkota cahaya untuk mama papa,
Dirimu yang katanya ingin kelak menatap wajah Yang Maha Mulia.

Hingga kau tau, ternyata beginilah dirimu itu..
Hanya seorang pemimpi yang hendak mengajak adik-adiknya berlari menuju hidayahNya,
Sedang ia sendiri terseok..

Hingga kau tau dirimu itu..
Hanya insan dengan segumpal daging-bernama hati-yang kurang gizi..

0 komentar:

Menuliskan Rindu

*Buat pembaca budiman, ini hanya coretan yang kurang penting sebenarnya. Jadi silahkan mengurungkan niat membaca note ini :p

Malam ini packing mau pindah buat PKL. Tiba-tiba, selembar kertas itu menyembul :)

Ini tulisan tahun 2011, ditulis sepenuh cinta oleh seorang kakak. Yang senang membelikan es krim untuk adik manjanya ini :*

Kakak ingat ini tidak? Widya bantu ingat y kak, saat widya meminta kakak menulis testimoni yang panjang buat widya :*

Ini dia edisi 1, kak.. :)

Kakak dulu nulis 3 edisi lhoo.. :)

Hari ini hari ke-4 mahad, dan Widya tampak lebih ceria hari ini.. Ada apa ya ? *tingtingting
Tadi nanya ke Widya. "Beli dimana ini dek bukunya ?"
Widya, ..Tailah kak..."
Saya, "Apa Thailand ?"
Widya, "Fatahillah kak.." Abis itu dia ketawaketiwi bahagia bgt.. Baru kali ini deh kayaknya.. Ada apa ya? *tingtingting

Hmm, tadi juga tiba-tiba dia bilang, "the next ustz. Yoyoh.." sambil senyam-senyum dan tangan kanan megang dagu.. Bersemangat sekali, ceria sekali, dan cerah sekali dia hari ini.. Ada apa ya? *tingtingting


Ada apapun itu, pertahankan ya dek!! Selain makin cantik (cie..) juga nebar semangat positif ke yang lain ^^

Kita lihat apa hari ini widya ngantuk dan tidur (lagi) ? ^^
27 Oktober 2011


-kangen ma'had, kangen kakak, kangen banget.. :')

0 komentar:

Mama, Ummi, Ibu, Bunda

Dek, waktu SMA kakak pernah ditanya: nanti widya mau dipanggil apa ? Mau dipanggil mama, ummi, ibu, bunda ?

Sekarang kakak sudah kuliah, sudah 4 tahun berlalu, kakak masih sering memikirkan pertanyaan itu. Kira-kira nanti ingin dipanggil apa. Dan jawaban berubah-ubah, dulu ingin dipanggil ummi, sekarang ingin dipanggil ibu. Taukah kenapa dek? Karena kakak pikir, semua itu sama saja mulianya.

Indah ya, menjadi wanita. Menjadi madrasah pertama. Mama, ummi, ibu, bunda.

Dan kakak belajar banyak dari kalian, adik-adik kakak yang manis.

Nanti, kita akan menjadi ibuk yang hebat, adik-adiku sayang. Jangan menangis, gak boleh sedih. Ibu sedang menatap kalian dari syurga. Dia melihat bidadari kecilnya yang membuat beliau bangga, buah hati yang merapal doa buat sang bunda.

Bunda adik-adik sedang menanti di syurga.
Kakak sayang adik-adik.. Allah Maha Menyayangi adik-adik..

Semangat menjadi anak terbaik buat ibu kita, apalagi yang ibunya sudah di syurga.. :')

Nanti kita juga akan menjadi ibu terbaik kan,dik?hmmm, kakak jadi pengen liat asri baca puisi tentang ibu. Katanya keren banget ya ? :)

Setelah adik-adik liburan, kita baca puisi ya... :*

0 komentar:

2 Kejahatan, 2 Kebaikan

Dan kamu tau Nak, di dunia ini hanya ada 2 kejahatan dan ada 2 kebaikan..

Ada orang yang jahat, tapi kejahatannya itu masih kecil-kecilan. Paling ya mencuri ayam atau sebiji semangka. Tapi, ada orang jahat yang mau merampas negara kita saking dengkinya, ingin merubuhkan Al Aqsha, atau merebut Palestina.

Mereka penjahat peradaban yang ingin islam punah dan musnah. Merencanakan banyak keburukan, tidak ridha sampai kita mengikuti milah mereka. Tidak akan pernah ridha dan tenang jika Islam memulia dan jaya.

Ada orang yang baik, tapi kebaikannya itu biasa saja. Menghapal Quran sendirian lalu merasa bangga padahal hanya untuk dirinya sendiri kebermanfaatan itu. Sumpek melihat kemaksiatan di sini dan di sana, tapi diam saja. Emosi menyala tapi tak melakukan apa-apa. Karena terlalu ringkih iman yang ia punya. Seperti insan tepercaya itu bersabda: "kalau tidak mampu juga rubahlah dengan hatimu dan itulah selemah-lemah iman.."

Lalu adalah kebaikan kedua..seperti pernah tertuang dalam buku bapak Anis Matta : ..bagaimana kita mempersaksikan kepada manusia bahwa ada "Al-Qur'an" yang sedang berjalan di pasar, berdebat di parlemen, bekerja di kabinet, dan memimpin sebuah negara..

Ada berjuta alasan keberadaan jalan juang ini. Karena muslim yg kuat lebih Allah cintai. Karena muslim itu tak bisa tinggal diam dengan kemungkaran yang terjadi, ia rubah dengan tanggannya sendiri. Islam tak hanya soal shalat puasa ngaji. Tapi juga soal politik, sosial masyarakat, budaya, ekonomi.

kebaikan yang tak rapi akan kalah dengan kejahatan terorganisiir nan keji.. Sungguh renungilah lagi alasan kita semula, sebab kita ada sejak pertama.

kadang jengah dengan tudingan -ini kok umat Islam gila kuasa-
bukan karena mengejar kuasa, tentu saja. Andai bisa dijelaskan betapa para insan dalam jamaah ini adalah pecinta sejati. Dianugerahi manisnya iman dan mereka ingin semesta turut merasai dan ikut meresapi, bahwa mereka di sini sedang menumbuhsuburkan bumi.

bahkan lebih memprihatinkan kalau ditanya, dibayar berapa kita di sini ?
Bukankah pernah sampai ke relung jiwa: Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka....Berbahagialah dg jual beli itu.

masih ingin bertanyakah kenapa ?
karena kita khalifah, kawan. dan oleh sebab itu iblis begitu dengki..

0 komentar:

Sama Saja

Pernah ada yang menuliskan pertanyaan: kira-kira mana yang lebih menyakitkan ditinggalkan atau meninggalkan? Saat kukatakan pada seorang kawan, aku lebih memilih meninggalkan. Dan dia bilang: "payah, widya egois"
:'p

Mungkin kita pernah melakukan keduanya. Meninggalkan dan ditinggalkan. Dan rasanya sama, sama-sama perih bukan ? Tapi setiap orang punya keinginan, dan tak mungkin memenangkan semua kemauan. Karena nyatanya ada banyak keinginan-keinginan yang saling berbenturan.

Setidaknya kita belajar, apapun itu, kita belajar. Belajar memaafkan dan belajar dimaafkan. Belajar mengatakan selamat tinggal atau belajar membisikkan selamat jalan.

bukan kesadaran yang terlambat datang, bahwa dari kehilangan, kita belajar keikhlasan. Keikhlasan. Ditambah bonus, secuil kearifan.. Karena lama-lama, semakin banyak terlewat masa, semakin terbiasa dan semakin dewasa..bahwa demi Tuhan, semuanya adalah fana. Dan siapa kita, sebenarnya?

"Kamu, hanya seorang hamba," dijawab senja..

0 komentar:

Diah

Allahumma 'aafinii fii bashari..

Dan handphone mungil itu bergetar, ada namamu di layar. Diah, seseorang yang dipersahabatkan atas nama ukhuwah oleh Allah. Diah, yang sangat hapal untaian kalimat yang nana rangkai, pernah. Padahal nana sendiri begitu cepat melupakannya, malah.

Dalam zikir hati padaNya, terulur rasa syukur. Untuk sahabat sebaik ini, untuk bidadari Quran ini. Yang tetap mau menyahabati walau dia tau alangkah buruk, alangkah buruk penghambaan diri. Ah, sahabat, mungkin kamu yang paling tau. Sedari dulu. Sedari batik birru dan putih abu-abu. Kau mengenalku, yang tertatih mengeja dan mengejar juz 30-mu. Terseok, menatih langkah letih. Betapa sedih dan lemah. Tapi kau tetap lihat aku bagai sesosok tabah. Beningnya prasangka mu.

Lucu. Saat kau tanya : "nana tau fatthurrahman?"
Dan kujawab dengan lugu: "itu siapa di? Itu nama orang ya di?"

:')
"sayang sekali bukan, nana. Itu nama kitab."
alangkah malu.

Paling banyak selama 53 menit tadi membincang ayat ini: Waqadhaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabil waalidaini ihsaanaa

Diah, tahukah diah apakah keahlian khusus diah? Menyentuh hati nana dengan indah, dengan sangat indah. Dengan cara khas diah. Lucu, lembut, apa adanya tapi mengena. Tepat di jiwa. Menyegarkan semangat nana dengan cara yang berbeda. Bukan dengan taushiyah, tapi sukses, hati nana selalu basah.

Jazakillah. jazakillah diah. jazakillah. Tunggu nana di wisma diah. Tunggu nana di wisma diah. Kita mulai dengan sungguh Al Mulk hingga Al Mursalat. Lalu menerjemah Al Ghasyiyah, jika diizin Allah. Alhamdulillah, segala syukur bagi Allah. Fabiayyi aalaaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan?

"ya Allah, kini pagiMu tlah singgah. Ke dalam hati hambaMu yang resah. Ya Allah, lukisan alamMu nan megah. Iringi daku sujud bermuhasabah. Sujud bermuhasabah."

-muhasabah (Alginat), dengan sedikit digubah :)

0 komentar:

Mengoreksi Janji

Kepada para DIVA,

Telah habis kata menjelaskan cinta, tapi aku masih ingin mengutarakannya,
maka biarkan ia terbang menerabas jiwa..dengan makna, bersama doa
 
Karena kamu bilang: di sinilah aku menemukan cinta yang sesungguhnya, cinta yang sejati
karena kamu bilang: kumpul bareng kalian rasanya adeeem..


aku jatuh cinta,
pada kenangan pertama kali kita berkenalan,
pada pujian tulus yang menguatkan harapan,
pada sesenggukan kalian,
pada tangisan penyesalan,
padahal telah kalian berikan seluruhnya-masih saja merasa belum berbuat apa-apa,
aku jatuh cinta, sungguh cinta

karena kamu bilang: di sinilah aku menemukan cinta yang sesungguhnya, cinta yang sejati
karena kamu bilang: kumpul bareng kalian rasanya adeeem..

Selamat ujian....23 muslimah shalihat yang dalam jatuh bangunnya dalam banyak cobaan keimanan, tetap ingin ia bertahan dan terus berjalan. Sampai tuntas perjanjian, dan belum habis pengharapan. Belum habis pengharapan untuk menjumpai wajahNya, semoga Ia ridha. Semoga Ia ridha.

Teriring maaf dari sahabat yang senang berpura-pura ini.
hari ini ia memperbaiki janji, berjalan beriringan bersama kalian lagi. Karena tiada pernah Allah tinggalkan kita sendiri.

Dalam khilaf, Dia tetap menanti.

0 komentar:

Cemburu

-ini ditulis spesial untuk kawan-kawan anggaran. pasti akan sangat merindukan semuanya, kelak-
:')

Lama-lama, aku mulai terbiasa ditinggalkan..
Kamu lebih memilihnya..
Kudekap kitab kecil yang pernah kita kaji bersama.
Meresapi himpitan rasa yang kau hadiahkan..
Dan aku tau, kau pun lelah memilih begitu..

Di antara tumpukan cemburu dan rindu, aku masih menunggu
sekiranya waktu memberi restu agar terbersit inginmu berjalan lagi di sampingku.
menjemput cita-cita kita dulu..

Aku hanya seorang sahabatmu yang terlampau ragu..
Maka kutitip doa, agar kamu dijaga.
Berharap lantunan ketekunan doa itu diganti dengan sekelumit lega,
Bahwa kamu baik-baik saja..

Kawan baikku, besok jika kita bertemu,
Bolehkah kukisahkan tentang cemburu dan rindu itu padamu ?

0 komentar:

Perempuan

"Maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalan-jalannya, dan penuhilah dengan cahayaMu yang tak pernah redup.."

Tulisan kecil ini dipersembahkan untuk teman-teman perempuan yang dihadiahkan Allah, yang membuat diri ini merasa begitu bersyukur. Yang membuat hidup menjadi sangat lengkap, sangat lengkap.

Penah seorang sahabat bertanya, "apa makna ukhuwah untukmu ?"
jawaban saya kala itu, ukhuwah adalah energi dari stabilitas keimanan saya.
 
Karena apa ?
 
Karena saat hati mulai goyah, kebersamaan dengan kalian sangat bisa diandalkan. Bahkan hanya dengan menatap saja. Melihat senyum nan ramah, merasakan persahabatan yang tulus, tepukan di pundak yang menguatkan, semuanya. Dan waktu berjalan begitu cepat. Semakin dekat, sudah semakin dekat. Yang tanpa sadar, setiap kita telah merindukan semua ini bahkan sebelum kitabenar-benar berpisah.
 
Kelak, mungkin kita jauh. Ketika penjagaanku tak sampai padamu, dan penjagaanmu tak sampai padaku. Maka kutitipkan kamu padaNya, seperti kamu titipkan aku padaNya.

Tak pernah bosan mengucapkan ini: aku mencintaimu karena Allah..karena Allah.. resapilah.

0 komentar:

Bahkan Iblis Pun Enggan

Membaca notes saudari baru, teh Lintang.. berjuta-juta sentakan menampar sadar:

Apakah insan? segenggam jerami. Sepercik api diriku cukup untuk segenggam jerami. Jika tak ada apapun selain jerami di dunia ini, apa gunanya menganugerahkan padaku begitu banyak api?

Sungguh memalukan meluluhkan sekeping kaca. Meluluhkan batu karang, itulah pekerjaan yang sebenarnya, sepantasnya! 

bahkan iblis pun enggan dengan seorang lemah daya upaya akan mujahadah dan cita-citanya. Sampai membaca ini berkali-kali:

Kumohon dari-Mu seseorang yang berani menolak ku. Tunjukan padaku untuk mendapatkan hamba Tuhan yang semacam itu. Kubutuhkan seorang yang akan membekuk batang leherku. Seseorang yang berkata 'pergilah dari muka ku!'

Seseorang yang dimatanya dua butir jewawut pun tak berharga diriku. Beri aku, ya Tuhan, insan yang benar-benar beriman seorang saja. Siapa tahu aku akan mengenal kegirangan dalam kekalahanku pada akhirnya."

bahkan iblis pun...



"...Ya Tuhan penguasa mereka yang benar dan tidak benar, menyertai insan telah membuat kami memar, tiada sekalipun mereka pernah memberontak terhadap kekuasaanku, telah dipejamkannya matanya merenungkan dirinya namun tidak juga ia menemukan dirinya.

Debunya sama sekali tak mengenal kesukaan membangkang, tak mengenal pancaran harga diri yang cemerlang. Binatang buruan itu berkata pada pemburu: 'tangkap aku!'

Hindarkan diriku, ya Tuhan, dari hamba yang kelewat patuh itu! Bebaskan aku dari binatang buruan yang demikian itu.

Ingatlah akan kepatuhanku dimasa lalu.

Cita-citaku yang mulia lewat dirinya telah terhina, duhai malangnya diriku, malangnya!

Wataknya belum matang, ketetapan hatinya mudah digoncang, penuh raga. Lawanku ini tak dapat menahan satu pukulan saja dariku. Kubutuhkan hamba Tuhan yang berpenglihatan lantang, kubutuhkan lawan yang lebih matang!

Ambilah kembali barang permainan dari air dan lempung ini, bagi orang dewasa tak cocok mainan kanak-kanak ini.

Apakah insan? segenggam jerami. Sepercik api diriku cukup untuk segenggam jerami. Jika tak ada apapun selain jerami di dunia ini, apa gunanya menganugerahkan padaku begitu banyak api?

Sungguh memalukan meluluhkan sekeping kaca. Meluluhkan batu karang, itulah pekerjaan yang sebenarnya, sepantasnya!

Aku telah menjadi sedih dengan segala kemenanganku.

Sehingga hamba pun menghadap pada-Mu kini mengharapkan ganti rugi semua itu.

Kumohon dari-Mu seseorang yang berani menolak ku. Tunjukan padaku untuk mendapatkan hamba Tuhan yang semacam itu. Kubutuhkan seorang yang akan membekuk batang leherku. Seseorang yang berkata 'pergilah dari muka ku!'

Seseorang yang dimatanya dua butir jewawut pun tak berharga diriku. Beri aku, ya Tuhan, insan yang benar-benar beriman seorang saja. Siapa tahu aku akan mengenal kegirangan dalam kekalahanku pada akhirnya."


(beliau ngutip dari buku "Javid Namah (kitab keabadian)" karya Iqbal)
Ina, boleh widya ikut membantu menafsirkan? Ini tentang iblis yang heran melihat "insan" begitu mudah dibelokkan dan dijerumuskan.. T,T

Ceritakan padanya na, tentang hebatnya kita.. walau batu karang menghadang jalan, bersama kita terjang. InsyaAllah. SemangkA :)

0 komentar:

Ketersambungan Rasa

Ini hanya sebentuk pengingat diri pribadi. Maka perkenankan seorang dhaif ini berbagi. Afwan, yang menuliskan tak lebih baik dari yg membaca..

Ihsan dan amalan dalam kesendirian adalah alasan orang shalih/ah dicintai banyak orang..

Seperti biasa ukh, ribuan petuah begitu lancar keluar dari lisan ini. Mudah-mudahan Allah ampuni, kadang lidah saja yang begitu licin bertutur, padahal alangkah jauh realisasi dalam panggung aksi.


Orang shalih, bahkan, ia tak perlu bercerita tentang amalannya, tapi begitu mengena. Tatap mata saja menyejukkan, geraknya saja menggerakkan. Ah mereka selalu menggetarkan. Dan rahasianya, barangkali cukup jujur pada diri sendiri dan jujur pada Allah swt. Lalu kita melihat, betapa sesama pemilik hati jernih akan memiliki ketersambungan rasa. Merasakan muraqabatullah menuntun kita menuju kebaikan yang lebih baik.

Lalu seorang sahabat agak berkesah: "tapi saya melakukan apa saja itu diketahui orang lain. Shalat malam tetap ada yang tahu."

Sahabatku, amalan kesendirian itu bukan selalu amalan yang sembunyi-sembunyi dari keramaian. Bahkan kita mampu melakukannya di tengah keramaian. Isi pikiran dan isi hati adalah amalan kesendirian yang hanya Allah dan kita yang tahu..

Lalu, masih meluncur lagi kalimat-kalimat di antara kita, ujarmu: "walau begitu, tetap ada saat kita harus menunjukkan amalan agar menjadi warna bagi sekitar.."

Kalau yang ini, kita saling bersepakat :)

Dan jujurlah pada Allah, jujur pada diri sendiri. Dalam ranah kesendirian, isi hati dan pikiran.. Semangat berishlah, memperbaiki langkah yang mungkin saja sempat tersalah.. Satu lagi, amalan kesendirian adalah alasan utama yang membuat setiap pertemuan kita diberkahi dan penuh hikmah.

Sahabat, aku belajar memahami diriku, bersamamu. Tahu tidak hari ini apa yang terindah? Rabithah dilatari langit merah ^^

Karena Allah, aku mencintai kalian..

0 komentar:

Kisah Yang Tak Pernah Salah

Sebelumnya: WARNING!
Tulisan ini hanya boleh dibaca akhwat, penulis tidak bertanggung jawab atas efek samping yang ditimbulkan tulisan ini ^^


Assalamu'alaikum cantik :p

Tulisan ini tidak akan sendu kelabu mengharu biru, tapi akan ceria penuh warna dan cinta. Inginnya begitu, karena katamu tulisan ku terlampau "menyedihkan". Maka ingin mempersembahkan warna lain untuk seorang sahabat yang selalu setia. Apa kabar hari ini? Ini note yang ke berapa? Aku tidak tahu. Hanya jujur saja, sudah lama..sangat lama ingin menuliskan sesuatu tapi tak bisa. Khawatir terkuak sebuah maha rahasia di antara kita. Rahasia cinta dua insan yang berusaha memulia: Widya-Rosa.

Dalam surat cinta dari sahabat manapun, selalu ada maaf dan terimakasih. Aku tentu saja tak suka jika tulisan ini menjadi tulisan yang biasa, ia harus cetarrrr membahana.

Ingat saat pertama kali menyalami tanganmu. Jawaban lembut atas tanya ku. September kala itu, ketika takdir telah terencana menyusun kisah di antara kita.

Dan episode terbaik..Kita berdiri menghadapNya, tangis menggerimis kita berdua. inget gak? :)


Entah sudah berapa bilangan detik berlalu di antara kita berdua. Masih merepotkanmu. Ya, aku memang sangat suka merepotkanmu. Masih dengan rengekan gak penting, ajakan beli es krim, atau pisang ijo yang kamu tetap bergeming.

Widya jahat, rosa baik. Widya banyak ngeluh, sedang rosa selalu bersyukur. Rosa yang keren.. Pokoknya widya sayang rosa..rosa yang peka, yang setia, gak pernah ninggalin, suka marah sama widya yang seenaknya. Jazakillah rosa..uhibbuki fillah. Cukuplah apa yang ada di antara kita, menjadi rahasiaNya. Bahwa kita pun menjalin ini karenaNya. Dari sahabatmu, saudarimu, yang bangga menatap keteguhan langkahmu dan lembut jiwa. Tetaplah begitu, sampai kapanpun. Sampai kita berpisah, lulus, dan punya cerita masing-masing. Sampai kita bertemu lagi, dengan semangat yang tetap selalu ada untukNya. Bahkan dengan hal sederhana, dengan lelah yang tak penat mengintip hikmah kisah. Dan pasti, Dia tak pernah salah..

Afwan y ros, ini entah apa :'(
Maafin widya T.T
Sayang kak Ros..tralala, sya laalalaa..

(kapan ya akan terulang, sore-sore ngajak rosa ke kampus..)
:')

0 komentar:

Jejak

Tidak semua yang tertangkap mata itu seperti itu kenyataannya. Kadang kita butuh bertanya, atau mencari tau, dimana saja. kalau tak mampu tabayyun, meneliti kebenaran, menjadi kewajiban untuk meluruskan lintasan pikiran. Pekerjaan lancang bagi siapa pun untuk hanya melihat seseorang dari tampil luaran, marah meriah sampai dijadikan status atau catatan sindiran. Karena kata seorang tepercaya: "takwa itu letaknya di sini, di sini, di sini." (menunjuk ke hati)

..maka saudara saudari, jangan menghakimi :')

Pernah saya peragakan pada seorang kawan: "di sini, di sini, di sini." Sambil ternyata berkaca-kaca tak sengaja. Penah ada yang memeragakan juga di hadapan saya pribadi: "takwa itu letaknya di sini, di sini, di sini." Lalu kata-katanya itu terhenti jadi air mata, dia bergetar sendiri.

..maka saudara saudari, jangan menghakimi :')

Kalau lah tak mampu bertanya, sederhanakan dengan baik sangka. Bening nurani. Tidak pantas bagi kita menakar-nakar. Apa yang letaknya 'di sini' itu.

Dan untuk yang tersangka. Bukan mereka tak percaya atau terlalu buruk duga, tapi percaya atau tidak,, jejak kemaksiatan itu terbaca oleh mata para pecinta kebenaran.

Jejak kemaksiatan itu tak tersembunyikan. Begitupun jejak kebaikan, akan mampu dirasa orang sekitar kita tanpa perlu berbusa-busa.

Duhai diri,, jejak yang manakah kiranya ?

0 komentar:

Entah Apa

Dalam sayu-sayu suara rindu yang bukan semu. Sebenar-benar rindu, kau tau. Tentang airmata yang tak mau berhenti mengenang kalian satu-satu. Dalam beratnya hati menanggungkan itu. Itu rindu. Lalu malu, pada laku yang tetap sama. Barangkali menjadi ambigu, selanjutnya kecewa.

Dalam rabithahku yang tak panjang, terdiam membayangkan wajah kalian. Ah, sudah dekat, mungkin sudah dekat.

Dan tak boleh menangis lagi, tak boleh meratapi apa-apa yang sewajarnya disesali. Harus diganti tanpa tangisan yang sama saja melemahkan. Biar kudekap dengan kuat, kujabat erat-erat. Atau jika itu justru menyakitkan saat aku ingin menatapmu lekat, berlama-lama akrab.  Tetap itu menyakitimu. Biar, kulihat senyummu dari jauh. Dan lega bahwa semua baik-baik saja..

0 komentar:

Debu dan Bintang

Saat rasa bersalah, menyeret langkah. Tergopoh menyusul 2 orang shalihat yang telah duduk berbincang. Kalian yang dirindu. Seringkali, sebelum menemui kalian satu satu, hadir rasa tak enak. Antara rindu dan tak mau. Rindu, atas senyum-cinta-ukhuwah yang terlalu mewahbagi seorang aku. Juga tak mau, karena merasa tak mampu mengimbangi laju dan langkah setiap kalian, teman.

Dari kejauhan kita memandang, seorang teman yang sudah bisa kita kenali hanya dengan warna kerudungnya, atau warna jaketnya, atau warna kemejanya.. :)

lalu..
melantun khusyuk QS Al Ahzab dari shalihat yang kukagumi. Bertambah malu walau hanya dalam hati. Kukatakan sepenuh jiwa, aku ingin menemui kalian untuk menambal iman yang tergerus, terberangus. Dan memang begitu hasilnya, pasti ada semangat baru dalam setiap temu.

Bergulir cerita, cerita yang mungkin biasa tapi bagiku berbeda.
Kadang celetukan tak terduga, yang jutek tapi selalu kita suka.
Menatap tempaan sinar surya di wajah dan matanya.
Ketegasan dan keseriusan, ciri akhwat tangguh di sisi kiri widya.
atau cerita penting gak penting, yang dibagi akhwat lucu yg paling suka gombal :p

terima kasih untuk segala-galanya. Menjadi orang pertama yang risau untuk kesulitan yg kurasa. Terlihat tak peduli tapi sebenarnya yang paling berempati. Menangis berdua di temaram lampu Student Center. Menemani meresapi kepingan sesal.

maaf, untuk akhlak Minang yang berbeda. yang terlalu tak punya sungkan-sungkanan.

sangat sulit untuk bercerita lebih banyak. Karena semakin berbusa, kata-kata ini tak bekerja seperti aksi kalian yang lebih nyata. Menjadi peneguh, mengajarkan tangguh.

sedang diri ini, seringkali mengatakan ucapan-ucapan yang mungkin melalaikan, tak ada manfaat. Tak menambah keimanan. Hanya saja percayalah, setelah itu ada tekad yang kembali kuat, bahwa banyak hal dalam diri ini yang musti dibenahi.

biarkan 'kita' menjelma kisah yang tak akan bisa kulupa, selamanya. Menjadi bagian kalian, yang ingin dikenang sampai lama. Pagi ini, kawan, entah apa yang sebenarnya ingin kukatakan. Tapi izinkan, tulisan ini menjadi saksi bahwa aku mencintai kalian, dengan segenap ketidaklayakan.

perkenankan, dengan compang-camping, dengan amal buruk rupa, aku menjadi bagian dari kalian. Lillahi, walau tak layak, aku tak ingin melepaskan ukhuwah yang kalian tawarkan. Indahnya tempat yang kalian ajak aku berjalan. Semoga seiring perjalanan, dalam jeda waktu yang masih sedia Allah titipkan, kita (aku) terus memperbaiki diri, agar kelak setelah selesai membersihkan semua kesalahan di tempat yang tak  akan kalian kunjungi, aku pun bisa menemui kalian lagi. Berkekalan. Di firdausNya, dalam mimbar bercahaya.

sepenuh cinta dari: sebutir debu yang benderang karena berada di tengah kalian, yang cemerlang karena cahaya yang kalian pinjamkan..

0 komentar:

Afwan Kalau Gak Nyambung

Mulailah bercerita padaNya, bercerita apa saja.
Kalaupun yg lain bosan, sungguh Dia Maha Mendengar.
Ceritakan tentang tak sanggupnya kita memikul kelelahan.
Mungkin memikul kemaksiatan kita yang terus membuat kita kelelahan.
Tentang hati yang masih enggan pada kebaikan.
Allah, bahkan kami lelah mengeluh terus padaMu.
Muak mengadu tapi masih tetap begitu.
Maka titipkanlah kesungguhan pada jiwa ini,Rabbku, mujahadah yang tak sanggup dikalahkan syaitan, ataupun ketakwaan yg tak menyerah pada kefujuran.
Agar benar aku menjumpaiMu, dengan sebaik-baik ketaatan..
dan semuanya terasa lebih ringan

0 komentar:

Balas Dendam

Bismillahirrahmaanirrahim ,,,

Kau tau kakakku, sepagi ini kukenang 2 tahun ukhuwah ku denganmu. Dan satu kesimpulan yang ingin ku sampaikan : mengenal kakak adalah salah satu kesyukuran terbesar widya ada di kampus ini. Atau dalam bahasa kakak yang lebih indah: Tak ada raguku mengatakan, aku mencintai takdirNya yang mempertemukanku denganmu. 

Aku ingin menceritakan seorang kakak yang suatu malam ku tumpahkan tangisku di hadapannya, paling sering menjadi sandaran atas banyak kegelisahan, tempat menitipkan HP 2 tahun yang lalu dengan raut penuh penyesalan.

Sekitar sebulan yang lalu kakak milad. Widya yakin, pastilah kakak tidak perlu bingung, kesal, atau jengkel karena belum juga widya katakan selamat milad. Bahkan saat kakak harus terlambat menghadiri sebuah agenda yang maha penting karena mengulang episode makan nasi goreng bersama widya di tempat itu, tak juga sepatah kata mengusik-usik tentang tanggal kelahiran. Berhari setelah itu, tanpa sms ataupun notes :)
afwan ya kak, ini memang balas dendam yang panjang :p

Tapi sekali lagi, widya yakin. Kakak tidak akan marah, bahkan sebelum widya katakan pun kakak lah yang telah mengajarkan pada widya:
"Bukan tidak tahu, dik. Bukan juga sok cuek. Namun ada hal yang ingin ku pelajari dari ukhuwah kita ini. Masih saja kualihkan dan pura-pura tidak menanggapi. Afwan jiddan. Hanya saja, aku ingin berukhuwah lebih dalam lagi. Saat perayaan-perayaan kecil bukan menjadi satu-satunya alasan untuk kita bertatap muka. Saat benda-benda unik bukan hadir hanya di hari “ini” saja. Aku ingin kita belajar, bahwa ukhuwah kita ukhuwah yang unik, yang tetap akan hangat saat suatu hal mengharuskan ia tetap hangat, dan saat suatu hal menjadikan ia dingin."

Sungguh jika memang begitu kak, widya pun ingin belajar berukhuwah yang benar. Saat momentum seperti itu bukan alasan tunggal untuk memantik hangatnya kebersamaan kita. Dan selebihnya dingin dan hambar.Maka widya maknai apa yang kakak katakan, widya lakukan hal yang sama. Ukhuwah yang lebih dalam, kata kakak..


Ah, kakak..mungkin benar apa yang widya katakan pagi itu pada kakak. Pagi 2 tahun yang lalu, hanya kita berdua. Kakak di meja setrika dan widya piket cuci piring. Bercerita ini dan itu, ngobrol banyak hal sampai widya terlonjak riang, senang mengatakan: kak, widya dan kakak banyak samanya ya? Sama-sama begini, sama begitu. Lalu kakak mengiyakan dan tersenyum.

Entah kakak ingat bagian itu atau tidak, yang jelas pagi itu ukhuwah widya-kakak menjadi semakin cemerlang benderang di mata hati widya.


Paling suka ini kakak: Aku memang tidak memiliki seorang adik, dan sering kukatakan pada diriku sendiri, bahwa inilah adikku. Sama kak, widya memang tidak memiliki seorang kakak, dan widya merasa bisa memanjakan diri widya kepada kakak sebagai seorang adik. Entah mengapa, rasanya menemukan bagian diriku dalam dirimu, dik. Kalau kakak bsgitu, widya pun sama. Kadang widya heran dan sedih kalau kakak sering pura-pura tidak suka jika dibilang mirip dengan widya? Padahal ingin sekali berterima kasih dan menyalami orang yang mengatakan kita mirip, saking senangnya widya.

Akui saja kak, kakak memang mirip widya.. Hehehe.. :')


Memang, hubungan ini bukan hubungan yang selalu seia sekata. Berdebat sengit juga sering. Bahkan pernah kaget mendengar suaramu yang mungkin setengah marah dan cepat-cepat ku tutup pembicaraan itu. Kakak, widya minta maaf. Terperanjat waktu kakak bilang: kakak belum pernah digitukan sebelumnya. Iman widya lah yang rusak dan compang-camping, dan akhirnya menyakiti ukhuwah kita. Ingat sepulang ma'had waktu kita -belum- bisa bersepeda, widya bilang kek kakak di depan pagar C35: widya merasa akrab dengan kakak sebelum widya tahu apapun tentang kakak lalu kakak memeluk widya yang berkaca-kaca.

Bukan juga hubungan yang “lengket” ibarat lem, karena memang sering terpisah jarak dan tempat. Mungkin sebentar lagi kita semakin berjauhan. Sedih, perlahan merasa kehilangan, tapi ukhuwah bukan masalah jarak dan tempat kan kak?Kakak yang bilang itu ke widya. Mengaduk-aduk teh di hadapan widya, membayangkan perpisahan yang mungkin semakin dekat. Dan terbayang berjuta khilaf untuk ukhuwah yang widya banggakan. Maaf y kak, mungkin akan ada banyak hal yang widya sesali setelah kakak pergi. Bahkan sekarang pun.


Hmmm ,,, aku ingin ukhuwah ini tetap terawat hingga nanti di syurga.Teringat kata-katamu,
“mungkin ruh kita dulu bertetangga di syurga ya, kak ,,, “
Bisa jadi dk ,, dan moga nantinya juga.
Walau mungkin nanti jauh tapi jika ruh kita bertetangga, tak apa. Biarlah jauh, agar widya sungguh-sungguh menginsyafi semua penyesalan. Penyesalan yang sering membuat widya menatap kakak malu, tersenyum dengan ragu. Kakak tahu, kalau sudah begitu, rasanya jauh dari kakak padahal raga kita dekat. Karena iman widya yang sedang tak layak, atau tak pernah layak. Kakak tau widya, sangat tau. Maafkan semua coreng moreng yang widya jejakkan dalam kebersamaan kita, kakakku.

Sedih saat mendengar adikku ini berkata,“kapan kakak pergi dari sini ,,, ?“
Seakan seluruh kesadaranku kembali, bahwa perpisahan itu akan datang. Terdiam sejenak. Kembali berkata,
“pasti akan berpisah dik ,,, “
izinkan widya untuk menangisi perpisahan ini sebelum kita berpisah,kak. Terbayang semua, semua cerita yang widya bagi ke kakak atau kisah yang kakak sampaikan ke widya, rasanya pilu. Maafkan widya, kak..bahkan tak sanggup menguraikan bagian ini lebih panjang lagi..

Dan ingin menuliskan kalimat yang hampir persis dengan kalimat kakak
Afwan jiddan kakakku ,,,Di hari yang cukup berharga bagimu, aku menarik diri dari “peredaran”.Tak ada pesan di layar hp mu, tak ada tulisan didinding kamarmu, tak ada benda yang mewakiliku hadir di hari itu. Namun, hari itu, aku “bertemu” denganNya, memintakan permohonan padaNya. Seuntai kalimat yang tak harus ku pamerkan untukmu. Cukup antara Dia dan diri ini saja. Lillahi ,,, aku sudah bahagia mampu menyampaikan doa itu untukmu dalam ketulusan yang ku biarkan tulus. Dan, ku temani saat-saatmu itu dengan hadirku yang meski tak terlalu lama, yang meski tak mengungkit “kejadian” itu.

Allah ,,, jaga ia saat aku tak mampu lagi berbicara langsung dengannya, saat tak mampu lagi menemani hari-harinya, saat tak mampu lagi memenuhi keinginannya, saat tak mampu lagi ada untuknya.Afwan jidaan, kakakku ,,, bahkan tulisan ini tidak cukup berharga dari apa yang diberikan sahabat-sahabatmu. Tapi, moga ini menjadi hadiah terindah buatmu. : )

----kakak semoga ini menjadi kado yang cantik dan balas dendam widya yang manis untuk kakak-----


Karakter kita cukup berbeda. Terbuka dan tertutup itu tidak sama kan, dik ?Terkadang aku cuma terdiam saat adikku ini berkata ,,,
“aku sayang kakak ,,, “
Diam ditambah senyum, bukan malah membalas dengan kalimat yang sama. Aku terlalu malu untuk mengatakan itu. Dan akan tertawa saat mendengar lagi ,,,
“ihhh ,, kakak denger ga sich ,,,? “
Dengar, dik. Jawabku..

Bersenandung pagi ini lagu yang kugubah untuk ukhuwah kita: terlalu bodoh untuk diriku, menahan berat jutaan rindu. Apalagi menahan egoku.. Maaafkanlah sikapku, lupakan salahku.. Oh kakakku.. (Bila Kau Tak di Sampingku-SO7)

Kutulis dengan sepenuh cinta. Kakak, bahkan aku telah merasakan perkenalan sejak dua detik pertemuan kita :')

widya dan kak linda, dalam dekapan ukhuwah karena Allah

0 komentar: