Ibu Jelita

Pernah diberi hadiah cantik oleh senior di Rumah Quran STAN, sebut saja namanya mb Ocky :) Catatan Hati Seorang Istri. Setelah membacanya, kak Linda bilang: kakak paling suka cerita yang ini. Kalau widya suka yang ini kak. Sampai Atika menunjukkan bagian cerita yang paling berkesan.

Kalau tidak salah ingat, ada kalimat di dalam cerita favorit Atika: "Dulu, kupikir hal paling membahagiakan itu adalah menikah dengannya. Menyerahkan kepemimpinan atas diriku kepadanya. Menggenapkan separuh agama. Ternyata ada hal yang jauh lebih membahagiakan di atas itu; ketika aku bertaruh nyawa melahirkan janin dari rahimku. Jihadnya seorang ibu."

Kurang lebih gitulah, bagian paling disukai Atika.

Tadi pagi sms dari seorang sahabat: udah masuk 9 bulan, ammah. Doakan yaa
Rasanya lama tak bertemu, batal hadir di hari dia dinikah. Mengurungkan niat menulis bait-bait selamat karena kecewa tak jadi bisa bermalam sebelum ia menjadi seorang istri. Dan sebentar lagi, sudah akan resmi menjadi ibu. Teringat materi ustadz Salim A Fillah di Stania Fair menggarisbawahi bahwa sabda nabi yang mengatakan surga di bawah telapak kaki ibu, bukan di bawah telapak kaki perempuan. Ada syarat bagi seorang perempuan untuk mempunyai surga: menjadi ibu.

Bertandang ke rumah seorang kakak usai TKD kemarin, binar di wajahnya juga sama. Menghitung hari menjelang kelahiran buah hati yang dinanti. Ada satu hal yang sedang belajar saya pahami; mengapa ketika di sana ada perjuangan yang berat dan pengorbanan yang besar, mereka justru menantinya?

Ibu.

Benarlah yang mengatakan Dan belum sempurna jelitamu sahabat, sebelum mengalahkan seribu sakit berhimpun, tulang berlolosan, syaraf tercabik, robekan pedih, darah bersimbah, namun tetap tersenyum untuk janin yang kau lahirkan. Subhanallah, bila ini ukuran cantik itu sahabat, takkan ada kata yang mampu saingi oleh jelita-jelita surgawi itu selamanya.

Untuk para ibu dan calon ibu, selamat berjuang.. Mencoba memahami dari harap cemas penantiannya, mencoba ikut meresapi perasaan seorang calon ibu. Walau mengerti, tentu masih belum mampu benar-benar menyelami kedalaman jiwa mereka.

Dan yang belum akan jadi ibu, semoga kita bisa memaksimalkan birrul walidain pada ibu di rumah. Membahagiakan ibu untuk segenap pengorbanan dan kasih sayangnya.

ibu.

0 komentar: