Matanya Semerah Saga

Pernahkah diacuhkah seseorang yang kita sayang? Kalau ketemu dia gak negur kita, rasanya seperti tak dianggap. Jadi bertanya-tanya, sebenarnya bagaimana posisi saya di sisinya. Lalu bagaimana jika yang tak pernah menegur itu adalah Dia?
Adalah hari kedua UTS kemarin: di tengah genangan air mata seorang sahabat dan sesal yang meliputi hatinya. Mudah-mudahan saya tak salah mengambil hikmah.

awalnya cuma ngobrol biasa, sampai saya bilang :
"Jangan-jangan kamu cuma cari pembenaran! Merasa film-film itu bisa bikin kamu nyambung sama teman-teman padahal itu cuma modus dari kelalaianmu sendiri..!!!!!!" saya menghantamnya dengan kata-kata menghujam dan nada bicara menyalahkan. Tak suka dengan dia yang suka Korea.

Biasanya dia hanya senyum meladeni saya yang selalu emosi kalau tak suka sesuatu. Tapi kemarin itu, setelah menerima kata-kata saya itu, ada kaca di matanya, bening yang mau pecah. Berkeping-keping. Allah, dia menangis, dengan tangis yang tak bisa habis.

-aku udah ditampar, wid. Laptopku hilang, memang gak berkah. Aku takut, Wid. Aku malu.-

dan mengalirlah semua yang selama ini dia tahan di hatinya. Cerita kehilangan sekitar sebulan lalu. Sakit bukan karena kehilangan itu sendiri tapi lebih karena dilumatkan rasa bersalah atas tak berkahnya barang itu sampai harus diambil paksa, dilenyapkanNya.

-mungkin memang harus begini caranya, karena teguran halus udah gak mempan. Aku harus dihantam, ditampar biar sadar. Apa aku udah terlalu kebal dengan teguran lembutNya-



saya melihat luka di matanya yang semerah saga. Dan setiap dia menceritakan sisi kelam dirinya saya terbayang sisi hitam diri saya. Allah pun tengah "menampar" saya dengan kisahnya.

*maka bersyukurlah bahwa Dia masih menegur. Dan takutlah saat kita merasa semua baik-baik saja, bisa jadi itu petaka karena Dia tak lagi peduli pada kita. Membiarkan kita menikmati setiap kemaksiatan dan dosa..*

0 komentar: