Antara Menulis dan Ramadhan

Hanya diam dengan wajah yang dipaksa pura-pura tak tertohok.. saat seseorang kakak bertanya: "dek, mana tulisan terakhirmu ?"

Setiap kali pulang ke rumah dan duduk di depan laptop, selalu ada semangat meluap-luap menulis. walau sekedar episode-episode kecil yang berhikmah, minimal kegiatan di Markazul Quran yang bisa memotivasi teman-teman. Hanya baru selesai mengetik beberapa kalimat, tiba-tiba moodnya hilang. Kadang sudah panjangg tapi terasa tak ada pemaknaan. Lebih sering lagi paragraf-paragraf mubadzir yang ngambang.

Sehari ini bertekad menulis apapun yang bisa ditulis. Rasanya kepala terlalu penuh dengan berbagai topik tapi tak pernah sampai pada satu konklusi yang bisa dijabarkan dengan sabar kata per kata. Mungkin karena memang belakangan kurang peka, minim informasi, jarang pegang pulpen, dan belakangan memang udah sedikit baca buku :'D

tapi meski begitu, tetap mimpi menulis itu menggebu. Walau sampai di sini di kalimat ini udah bingung sebenanrnya mau dibawa ke mana tulisan ini. hambar semua yang ditulis. Biarlah, dengan kaku dan terbata huruf demi huruf. Semoga cukup untuk menjawab tanya kakanda. Sekaligus menyapa teman-teman di penghujung Sya'ban: mohon maaf lahir dan batin atas banyak khilaf dan salah baik itu ucapan, sikap perbuatan, atau tulisan. Widya mohon maaf..

Sahabat, saling mendoakan ya, agar kita menjadi pribadi yang semakin cahaya. Bertakwa.

0 komentar: