Kenangan Trimester Pertama

Sumber Gambar : Playstore
Tulisan ini kemarin saya posting di facebook.
naah, apa latar belaakang munculnya tulisan ini ? awalnya ada teman yang anaknya sudah hampir 1 tahun, berbagi pengalaman kehamilannya dulu. Namanya hamil dan itu kehamilan pertama,, jadi kondisi psikologis bener-bener sedang labil. Bagaimana seringnyaa omongan temen yang kadang cuma celetukan biasa terpahami sebagai sesuatu yang merusak mood di kala hamil. Belum lagi babies blue pas awal-awal melahirkan.

Daaaan saya pun berbagi tentang kisah ini. Maksud dan tujuan awalnya adalah agar kalau ada omongan sekitar yang kita rasa kurang pas di hati, coba direnungi lagi..introspeksi diri lagi. Bisa jadi kita saja yang lagi sensi.. Masak iya, contohnya, temen saya itu usia anaknya sudah mau 1 tahun, tapii masih saja menyimpan rasa sensi yang dulu waktu hamil ituu. Sudahlah yuk dilupakan :)

Itu sih, maksud saya. Sama sekali tak ada keinginan untuk misalnya menjelek-jelekkan kesukuan tertentu. Sebenernya masalah ibu hamil begini bisa terjadi di manaa saja.
 

Mohon maaf yang setulus-tulusnya kalau ada teman-teman yang merasa postingan kemarin mengarah ke SARA. Sedikit pun ga ada maksud begitu. Semoga bisa saling memaafkan, aamiin

"Saat orang lain salah paham tentang dirimu, sedangkan engkau tak mampu menjelaskannya. Maka satu hal yang mungkin mampu menghiburmu : sesungguhnya aku tidak akan dihisab oleh Allah karena prasangkamu, tapi akan diadili olehNya atas kenyataan perbuatanku"

 ini dia postingannya dipindah ke sini. Sayang kalau dihapus. Semoga maksud dan tujuan yang murni untuk kebaikan bisa sampai ke sidang pembaca semua ya..



Duduk di ruang makan (pantry) kantor, ditanya seorang Ibu: "umurmu brpa waktu menikah, widya?"
"23 kurang sedikit Buk.."
"Sama kayak saya, tapi saya dulu langsung hamil hihihi.."

Tersenyum kecut saja menanggapi Ibu, walaupun hati dan pikiran saya menerawang jauh memikirkan apa tafsiran kalimat terakhir Ibu ini. Hmm, apa karena saya belum hamil setelah 2 bulan menikah? Memang harus langsung hamil ya, kan kami-saya dan suami- masih baru kenal. Hehehe ya sudahlaaah~

Satu setengah bulan setelah kejadian itu, saya sering mual dan pusing di kantor. Mungkin karena kondisi fisik yg tidak enak, hati jadi makiiin peka.

"Widya, kamu jangan pusing terus. Saya dulu waktu hamil bisa ttp main badminton, lari2 lapangan bola" Ibu satu

"Saya ga pernah yg namanya pusing waktu hamil, sehat terus. Makan juga kuat" ibu satunya di lain hari saat nafsu makan saya bermasalah

Puncaknya saat pening dan berat sekali kepala, lalu istirahat tidur.. Ada yg mendorong-dorong kursi dengan keras. Saya sontak terbangun, disambut seruan si ibu "kau itu jangan manja"

Waduh..sepertinya ada yg luka di dalam hati meƱdengar ucapan selantang itu. Tiba2 meleleh sudah mata saya yang hari sebelum-sebelumnya hanya kaca.

Kadang tak jarang pulang dg tangisan berderai, tumpah di hadapan pak suami. Tapi ya akhirnya di sinilah kita naak (sambil elus perut)..berusaha memahami tafsiran terbaik dari sikap, ucapan lingkungan kita. Banyak introspeksi diri juga.
Mungkin maksud mereka baik, kita yang trlalu perasa. Biar kita kuaat.. Hayuk anakku sayang, bantu ibumu lebih tangguh. Selalu husnuzhan, dan tetap semangat.

I think positive, I get positive things.. Kata seorang Mb, writing is healing. Ditiru y mb, terapi menulis untuk mengobati hati. Walau gerimis juga menuangkan ini, tapi lega insya Allah.
Ah iya, kalau ada yg salah sama kita..kata seorang mb itu juga, jangan biarkan dipahat dalam. Maafkan, maafkan, maafkan :)
Siapa sih di dunia ini yg ga punya salah, iya kan? ^^

Cuma seringkali memaafkan itu butuh waktu :')
Tadi masih di masjid tempat shalat gerhana, banyak ibu-ibu yg menenangkan anaknya. Saya masih menunda pulang karena merasa sedikit pegal. Memang ya faktor usia, kakinya gampang capek :"D
Sedikit menunda pulang ini saya memperhatikan sekitar, ibu-ibu yg mengelus anaknya. Anak yg tadi rewel ditinggal shalat oleh ibunya.

Saya jadi merenung lagi..Ibu. Saat Ibu yg senang sekali main badminton di kantor, mengatakan: "kalau ada makanan yg sudah sampai di mulutku, lalu diminta anakku..pasti akan saya berikan.."
Begitukah ibu?

"Makanya kita ga boleh durhaka sama ibu, widya, susah toh jadi Ibu itu?" Kata Ibu lain
Saya menggangguk kuat, ini belum apa-apa tapi rasanya sudah subhanallah.

Ibu di kantor yg memasakkan teri medan setoples disuruh bawa pulang saat saya selalu mual. Ibu di kantor yg memberikan minyak gosok Malaysia miliknya karena saya eneg di perjalanan. Ibu yg meletakkan jeruk dan jagung di loker diam-diam karena tau saya suka. Ibuuuu..tiba-tiba saya menyesal, yg saya ingat belakangan hanya yg jelek karena sayanya saja yg overdosis sensitif.

Masih banyak kebaikan yg saya lupa. Bukan tentang ucapan pedas atau wajah keruh melihat saya yang pesakitan, beliau membangunkan dan saya disuruh pindah k matras agar tak masuk angin.
Ibu yang memberikan dua kotak keripik pisang manis. Ibu yg memberikan tumpangan.

Ibu-ibu itu perempuan, yg pasti juga perasa. Tak mungkin melukai. Widya sayaang, sekarang lihaat berapa kebaikan tak terhitung di sekelilingmu.

Siapa yg sebenernya butuh dimaafkan.. Langit di luar belum terlalu terang, gerhana sebagian
Tapi hatimu sudah lebih cemerlang, ayuuuk jalan pulang :))

0 komentar: