Sekarung Timun

Kelas 2 SMP

Dulu itu ada pelajaran KTM (Keterampilan Minangkabau). Beruntung kami diajar seorang ibu yang sangat 'ibu', maka KTM disulap seketika menjadi jam Budi Pekerti. Tak hanya belajar ukiran rumah gadang tapi juga tentang pewarisan nilai kebajikan. Bahwa guru tidak sekedar mengajarkan tapi mendidik, seperti sang ibu guru.

Satu tahun diajar beliau, tapi ada satu hal yang paling paling berkesan. Paling terkenang, paling tak terlupakan.

"Perempuan dan laki-laki secara kodratnya sudah diciptakan Allah berbeda. Tidak boleh disamakan, dicampurbaurkan.."

wajah teduhnya, suara lembutnya. Tatapan matanya mengajak berbicara dari hati. Dan sampai tepat di hati. Saat itulah banyak malaikat turun ke bumi, menjadi saksi tersampaikannya nilai-nilai syurgawi.

"Laki-laki dan perempuan bagai durian dan timun. Siapapun pasti sepakat pahwa buah durian dan buah timun, tak mungkin dicampur dalam satu karung. Itu pekerjaan yang sia-sia, amalan yang membuat binasa. Yang rugi itu buah timun, nak.."

ah ibu, belum selesai kuungkapkan seluruh penyampaianmu..mataku sudah berembun. Dengan segala kenangan kebaikan yang kau tanamkan, lantas malu dalam akhlak yang tertatih-tatih kuperjuangkan.. Lalu jatuh lagi airmataku, mengenang saudariku satu-satu..hanya tersedu, barangkali setengah pilu.

-aku hanya seorang saudari yang khawatir terlalu, anggap saja begitu. Walaupun sepenuh jiwa tau, semua akan baik-baik saja karena Dia Maha Menjagamu. Yah, Dia Maha Menjaga kau dan aku


(untuk kawan muslimah anggaran: lagi-lagi edisi rindu)
:')

0 komentar: