Dulu
itu ada pelajaran KTM (Keterampilan Minangkabau). Beruntung kami diajar
seorang ibu yang sangat 'ibu', maka KTM disulap seketika menjadi jam
Budi Pekerti. Tak hanya belajar ukiran rumah gadang tapi juga tentang
pewarisan nilai kebajikan. Bahwa guru tidak sekedar mengajarkan tapi
mendidik, seperti sang ibu guru.
Satu tahun diajar beliau, tapi ada satu hal yang paling paling berkesan. Paling terkenang, paling tak terlupakan.
"Perempuan dan laki-laki secara kodratnya sudah diciptakan Allah berbeda. Tidak boleh disamakan, dicampurbaurkan.."
wajah
teduhnya, suara lembutnya. Tatapan matanya mengajak berbicara dari
hati. Dan sampai tepat di hati. Saat itulah banyak malaikat turun ke
bumi, menjadi saksi tersampaikannya nilai-nilai syurgawi.
"Laki-laki
dan perempuan bagai durian dan timun. Siapapun pasti sepakat pahwa buah
durian dan buah timun, tak mungkin dicampur dalam satu karung. Itu
pekerjaan yang sia-sia, amalan yang membuat binasa. Yang rugi itu buah
timun, nak.."
ah ibu, belum selesai kuungkapkan seluruh
penyampaianmu..mataku sudah berembun. Dengan segala kenangan kebaikan
yang kau tanamkan, lantas malu dalam akhlak yang tertatih-tatih
kuperjuangkan.. Lalu jatuh lagi airmataku, mengenang saudariku
satu-satu..hanya tersedu, barangkali setengah pilu.
-aku
hanya seorang saudari yang khawatir terlalu, anggap saja begitu.
Walaupun sepenuh jiwa tau, semua akan baik-baik saja karena Dia Maha
Menjagamu. Yah, Dia Maha Menjaga kau dan aku
(untuk kawan muslimah anggaran: lagi-lagi edisi rindu)
:')
0 komentar: