Pemandangan Gerbang Kalimongso

Sejak awal, saya sangat tak suka Kalimongso. Karena di awal perkuliahan dulu, saya sering tersesat di sana. Kalimongso yang padat dan membingungkan.

Tapi dari semua ketidak-sukaan itu, yang menjadi perkara utama bagi saya adalah gerbangnya. Baru saja melangkah, asap-asap rokok berkepulan. Uhuuk, uhukk..bikin batuk.

Maka, jadilah ritual yang harus dilakukan setiap melewati gerbang Kalimongso adalah melangkah, bergegas, tak lupa sesaat menahan napas. Satu lagi, jangan lupa menundukkan pandangan lebih dalam.

Semua hal itu membuat saya semakin bersyukur menjadi The Ceger,, :)



Ini Jumat, Jumat yang khidmat. Menyimak materi kajian Jumat dari seorang ustadzah (mbak) yang juga berasal dari Padangpanjang

Setelahnya, masih ada kuliah PKPD terakhir menjelang UAS. Mampir dulu ke kosan teman terdekat. Dan itu di Kalimongso. Bersiap menahan napas dan menunduk lebih dalam. Tapi subhanallah, kali ini berbeda. Melangkah di gerbang Kalimongso, saya terpana. Terpesona.


Seorang laki-laki berkalung kuning sedang diselimuti kabut (baca : asap rokok). Bukan, bukan dia yang merokok. Lisannya justru sedang komat-kamit dengan mushaf tertutup di tangannya. Dia tengah murajaah sementara asap rokok terbang melayang di sekelilingnya (dramatis).

Dan di seberangnya ada seorang pria, yang (walau) sedang menikmati setiap hembusan rokoknya, dia pun terlihat terpukau juga.

Dalam pandangan saya, lelaki berkalung kuning itu tampak semakin khusyuk, tawadhu, meresapi setiap desah ayat yang mengalir dari lisan nya (kesimpulan : saya harus lebih me-manage ghadhul bashar nih). -,-sedang yang merokok terpana, tertegun juga...


Bukan kesan ekstrim yang didapatkan oleh sekeliling, melainkan merasa sedikit tersentuh.

Kita tak pernah tahu apa yang ada di hati orang lain. Mungkin hati mereka selama ini semakin mengeras karena tak ada yang mencoba melembutkan.

dan setidaknya, pemandangan ba’da Jumatan tadi adalah secuil air yang perlahan mengikis dekilnya hati mereka (ahli hisabdi gerbang Kalimongso). Mungkin bukan sekarang. Biarkan mereka sekedar terpana saja sekarang. Dan esok akan ada jalan lain bagi mereka menuju secercah cahaya harapan, harapan untuk kebaikan.

Untuk laki-laki ber-name tag kuning:Terima kasih untuk murajaah di situ. Terima kasih, menghadirkan pemandangan mengagumkan bagi perokok di seberangmu itu.Terima kasih, walau saya tak kenal. Kalau ketemu lagi, insyaAllah gak ingat. Sebelumnya pun belum pernah kenal. Tapi, terima kasih, saya pun, ada noda yang mengelupas di hati saya, yang juga sudah lama mengerak, mengeras. Membatu, membeku.

wahai hamilal Quran..kalian selalu menggetarkan..

0 komentar: