La Tahzan

Dari keterasingan agama ini bermula, dan kepada keterasingan ia kembali..

Nikah tanpa pacaran, jilbab yang lebar berkibar, bahkan mencita-citakan kematian.

Fanatik, ekstrim, atau apapun..

Kita terlampau asing. Saking asingnya,,mereka geleng-geleng kepala menyaksikan perangkat agama ini, agamanya sendiri yg mencengangkan.

Mendapati kesangsian, penentangan, dan perlawanan. Atau juga simpati, kekaguman, dan pujian yang hanya sebatas itu. Salut tanpa dukungan. Kesemuanya terasa bagai menggenggam bara di telapak tangan.

Dan kita berjalan,melangkah dengan kesedihan yang sungguh.. Seorang sahabat berbisik, "la tahzan, allah beserta kita."
dengan bening yang bergulir di pipinya.

Allah pasti telah menghitung air mata itu.

(Allah, Engkau dekat. Penuh kasih sayang. Tiada pernah Kau biarkan hambaMu menangis)-Opick

-comot sana sini dari buku Jalan Cinta Para Pejuang & Saksikan bahwa Aku Seorang MUSLIM)

0 komentar: