Afwan Jiddan

20 September 2012

Itu pertama kali aku melihatmu. Mungkin bukan hanya melihat, tapi menatap. Dikelilingi teman-teman sedangkan aku sendirian, belum berkawan. Pertama kali tapi aku sungguh merasa seperti telah mengenalmu. Hingga kini dan mungkin selamanya, aku tak mungkin lupa.

Suatu sore, dari lantai 2 sebuah kosan yang bernama "mulia", aku melihat ceria gempitamu bersama mereka. Lalu sewaktu pagi, dalam sebuah perjalanan yang insya Allah diberkahi aku tahu namamu. Sempat menanyakan pin UGM yang tersemat pada tas kecilmu.

Aku harus bercerita apalagi padamu, pada banyak waktu yang tersia. Terlampau lama, telah habis 2/3 masa. Kini tinggal sepertiganya dan barulah tersadar. Maaf, maaf, maaf.

Maaf, saat sepulang ma'had aku menangis kehilangan Quran dan tak sepenuh hati menjawab tanyamu yang peduli. Maaf, saat aku sungguh lalai tak mengimbangi buncah ghirah untuk buletin pink dulu. Maaf, aku mengabaikan ajakanmu berangkat rihlah. Terlalu bodoh membiarkan itu semua terjadi. Egois, tinggi hati. Aku harus bilang apa lagi ?

Menghela napas,menyesal. Sungguh menyesal saat tersadar bahwa ini tak akan lama lagi. Dicoba pun, tak akan seindah yang sekiranya dimulai sejak pertama kali. Diperbaiki pun, rasanya tak tertebus. Afwan jiddan, maaf sesungguh maaf. Semoga dipertemukan kelak abadi, di surga tertinggi. Lillahi, aku mencintaimu..

-maaf, tak mampu menulis banyak hal. Karena lelah menggali, sesal itu justru semakin menjadi. Pada keterlaluan Widya, afwan jiddan Fira-

0 komentar: