Kalaulah Tak Percaya, Minimal Doa

Nana tak menghubungi, sms dan telepon karena belum siap cerita. Hingga telepon tadi malam yang kecewa: "kok Nana pindah? Kenapa sih Nana suka menanamkan konsep, setelah konsep itu tumbuh subur di kepala saya lalu Nana porak porandakan dan menggantinya dengan konsep baru yang bertolak belakang" :')

Iya,aku memang pernah bilang kalau menghapal Quran itu butuh lembaga. Butuh guru. Sampai sekarang juga masih begitu, ukh. Tak ada yang berubah. Menghancur-leburkan sebuah konsep, tidak juga. Dan juga ingin aku agar kau memiliki guru di sana. Yang akan mengajarkanmu meringis saat ikhfa pada huruf ta :)

Seharusnya kau percaya bahwa aku baik-baik saja. Menghela napas, apa artinya kau terpaksa.. Ujung-ujungnya kau tertawa, mungkin geleng-geleng kepala memikirkan seorang Widya. Yakinlah, sungguh akan lulus dan wisuda sesuai janji kita. Janji kita, yang terlalu kokoh, dan mustahil ingin ku dusta. Walau berhembus kadang sekelu ragu, saat ada yang bertanya: Apa iya Widya bisa?

ternyata betapapun akrabnya kita, kau dan mereka adalah sama, tak ingin sangat percaya agar aku tahu bahwa aku bertanggung jawab ketika memenangkan keras kepala. Jika belumlah aku mampu membuatmu tak ragu, kupinta doamu agar memang cita-cita itu terjaga dan hatiku dilembutkan setiap kali melangkah mendekat meraihnya.

tertegun dengan sebuah tanya: "bukankah kami dahulu bersama kamu?"
dan dijawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan kamu hanya menunggu, meragukan dan ditipu oleh angan-angan kosong..." (57:14)

0 komentar: