Jejak

Tidak semua yang tertangkap mata itu seperti itu kenyataannya. Kadang kita butuh bertanya, atau mencari tau, dimana saja. kalau tak mampu tabayyun, meneliti kebenaran, menjadi kewajiban untuk meluruskan lintasan pikiran. Pekerjaan lancang bagi siapa pun untuk hanya melihat seseorang dari tampil luaran, marah meriah sampai dijadikan status atau catatan sindiran. Karena kata seorang tepercaya: "takwa itu letaknya di sini, di sini, di sini." (menunjuk ke hati)

..maka saudara saudari, jangan menghakimi :')

Pernah saya peragakan pada seorang kawan: "di sini, di sini, di sini." Sambil ternyata berkaca-kaca tak sengaja. Penah ada yang memeragakan juga di hadapan saya pribadi: "takwa itu letaknya di sini, di sini, di sini." Lalu kata-katanya itu terhenti jadi air mata, dia bergetar sendiri.

..maka saudara saudari, jangan menghakimi :')

Kalau lah tak mampu bertanya, sederhanakan dengan baik sangka. Bening nurani. Tidak pantas bagi kita menakar-nakar. Apa yang letaknya 'di sini' itu.

Dan untuk yang tersangka. Bukan mereka tak percaya atau terlalu buruk duga, tapi percaya atau tidak,, jejak kemaksiatan itu terbaca oleh mata para pecinta kebenaran.

Jejak kemaksiatan itu tak tersembunyikan. Begitupun jejak kebaikan, akan mampu dirasa orang sekitar kita tanpa perlu berbusa-busa.

Duhai diri,, jejak yang manakah kiranya ?

0 komentar: