Untuk Seorang Saudara

Awal mendengar ceritanya saya ragu, apakah benar ada orang yang seperti itu ?

Dulu, pernah diajarkan Mama, jika kita berkompetensi dengan seseorang,, berusahalah menjadi pemenang. Pemenang yang memang pantas menang. Jika nilai awal kita 7, lalu saingan kita 8: berpikirlah bagaimana agar nilai kita menjadi 9. Bukan dengan mencari cara agar saingan kita memiliki angka 6.

Mengangguk setuju, walau belum sepenuhnya paham pengandaian dari Mama kala itu.

Sekarang, mengetahui ada orang seperti itu, saya jadi ingat pemisalan dari Mama lagi. Bahwa ternyata memang ada orang seperti itu. Karena ketidakmampuannya meraih angka 9, berusaha agar lawan menjadi 6. Tersiksa sekali hidup orang itu.

Hidupnya sulit maju, ia berusaha agar lawan terus lebih buruk. Bukan berpikir bagaimana ia lebih baik. Gengsinya terlalu tinggi. Dia pikir idealisme, tapi hanya semacam jumawa dan usaha setengah mati menegakkan wibawa saja saya rasa.

Kadang timbul keinginan mengingatkan beliau, "berhentilah begitu. Saya tahu, kamu capek kan ya ?" :')

tapi buru-buru mwngurungkan niat, khawatir kalau-kalau nanti jadi debat kusir. Sudah banyak yang mencoba, dan semuanya terpental. Alangkah kasihan, harga dirinya begitu tinggi. Lama-lama, khawatir dia malu untuk sujud pada Illahi. Semoga jangan lah yaaa..

untuk seorang saudara, saya hanya bisa berdoa, setulus jiwa,,
semoga Allah merahmati hidupmu.

-hanya orang mendengar sajalah yang mematuhi seruan Allah (Al An'am:36)

Dengarlah, nurani paling bening yang Allah anugerahi. bahwa kadang orang yang kamu anggap lawan itu sungguh menyayangimu. Jangan cinta mati pada gengsi. Karena iblis tercela karena ia tinggi hati..

Dan dengan atau tanpamu, kafilah dakwah ini akan tetap terus melaju :b

0 komentar: