Lelah

Lelah. Saat kau tak tahu lagi cara menangisi kemunduran-kemunduranmu. Atau mungkin kau lupa, atau mulai meremehkannya.

Entahlah. Mungkin dan barangkali. Hampir selalu seperti itu, nyaris tanpa jawaban pasti. Dan tentu saja kau lelah. Akhirnya menyerah pada tangis yang enggan membasah. Pada air mata yang kering, pelit bersimbah. Lalu hanya tengadah.

Sampai kau paksakan. Pilu sesenggukan. Tak tahu kenapa hatimu begitu membatu. Tidak, bukan tak tahu. Tapi kau malu untuk mengaku bahwa itu harga mahal yang harus dibayar untuk maksiatmu. Pada janji yang tak juga bosan terkhianati. Pada janji yang tak kunjung pernah tertepati.

Seteguh harusmu, serapuh jadimu. Maka rasai, kau mulai lelah sendiri.

Berhentilah berdusta, berhentilah membuat dirimu tersiksa. Karena kau pun sudah punya jawabannya, jauh sebelum kau tanyakan kenapa.

(sungguh ini tentang aku. Aku yang minta didoakan sensitivitas keimanan tingkat tinggi dan juga nurani paling bening yang kumiliki. Untuk diin ini.)

0 komentar: