Inget Dewi

Ini entah hadits atau apa : apabila seseorang mencela saudaranya karena sesuatu, kelak ia pun akan diuji dengan sesuatu yang sama.


Ya, kurang lebih begitu. Dan sekarang aku merasakannya. Teringat saat SMA, seorang sahabat yang tetap tidur teratur padahal mayoritas siswa asrama memiliki pola tidur yang kacau. Begadang di malam hari dan ngantuk paginya, atau ngantuk ketika di sekolah.


Sahabat itu menjaga pola tidurnya. Tidur ketika memang harus tidur. Tak terlalu paduli pada sekitarnya yang begadang. Istimewanya, ia juga hampir tak pernah memejamkan mata ketika selesai shalat Shubuh padahal teman-teman lain banyak yang terkantuk-kantuk bahkan pulas tertidur.


Dan dulu, sedikit banyak hatiku mencelanya. Menuduh bahwa dia tak belajar. Ternyata, saat ini, aku sendiri merasa nyaman dengan pola sahabat SMA itu. Mempunyai jadwal tidur teratur dan bertekad tak memicingkan mata saat al Ma’tsurat ba’da shubuh.


Hingga yang lain bertanya, kenapa kau tak belajar ? Mereka merisaukan aku yang tidur terlalu awal. Persis, persis seperti yang ditanyakan orang lain pada sahabatku dulu itu.


Batinku malah balik bertanya, apakah waktu belajar hanya malam? Lalu karena begadang semalaman akhirnya tumbang selepas shubuh bahkan baru saja mengucap salam. Setiap orang punya caranya, kan ?


Setidaknya aku jadi bisa merasa apa yang dirasakan sahabat dulu itu. Setiap orang punya strategi berbeda. Tak perlu ikut-ikutan apa yang dilakukan mayoritas lingkungan.


Tapi tak mengapa, ini jadi mengingatkanku pada sahabat itu. Pada ukhuwah kami yang unik, ukhuwah cantik.

titip doa untuk UTS y Wi.. ^^

0 komentar: