Curahan Hati Pagi

Ya, ini memang bukan saatnya merengek-rengek. Saat semua tugas kuliah benar-benar membuatmu limbung, banyak materi kuliah yang tidak kau mengerti, rasanya rontok, tenggelam, belum lagi penyakit hati dan berjuta-juta masalah seolah tak henti meyesaki. Semua minta porsi, minta posisi dalam hari-hari sulit begini. Dan itu benar-benar menguras waktu dan energi, belumlah sempat berbicara perpolitikan, ekonomi, Palestina-Yahudi, dan semua problematika di atas muka bumi.

Baiklah, tak perlu jauh-jauh berbicara isu nasional, apalagi masalah dunia. Toh, apa yang ada di dalam dirimu sendiri belum tuntas terselesaikan. Kalau begini caranya, kapan bisa berkontribusi. Sibuk dengan apa yang terjadi dalam hati, sementara banyak yang harus diperhatikan. Banyak yang harus jadi sorotan.

Akhirnya frustrasi. Dan ini konsekuensi. Gaya belajar yang acak-acakan, lalu mengatasnamakan kesibukan dengan Al Quran. Ah, itu kan karena saya sibuk tilawah, hapalan, qiyam, dan shiyam. Padahal benarkah demikian ?

Akhirnya depresi. Memang resikonya begini. Target-terget ruhi yang yak kunjung tergenapi. Hanya mempersembahkan qiyam kualitas rendah, ma’tsurat antara sadar dan tak sadar, tilawah sambil nguap-nguap, rawatib kilat dan singkat, dhuha yang kadang-kadang juga terlewat. Lalu saat ditanya, apa kabar hati ? Ingin juga menyalahkan tugas. Qiyam telat karena begadang bikin tugas, ma’tsurat ngantuk karena semalam nyari tugas, tilawah gak khusyu karena dikejar deadline tugas, dhuha lewat karena jadwal kuliah padat, rawatib buru-buru karena sudah ditunggu.

Jangan ditanya tentang kesehatan, mempertimbangkan gizi, apalagi meluangkan waktu untuk lari pagi. Wah, mending juga nyuci...

Dan semua jadi kambing hitam. Jangankan tawazun; menyelaraskan ruhi, fikri, dan jasadi. Salah satunya saja tak ada yang benar-benar terselesaikan. Terbengkalai. Lalai.

Gimana dengan muamalah ? Wong mengurusi diri sendiri saja ribet dan bikin mumet. Dan manalah pantas dilabeli aktivis da’wah. Tak menuntaskan amanah, bahkan amanah untuk sekedar bertabiyah dzatiyah. Segitu saja sudah lelah. Belum apa-apa, ya Allah.

numpang curhat ya... Afwan uni, mb, kakak, dan teman2..

0 komentar: