Just Thinking

Saya tak ingin mengatakan bahwa ini sebuah kegalauan. Galau itu pilihan dan saya tidak memilihnya. Ini hanya kontemplasi. Apa yang menjadi tanya bertubi-tubi. Menjadi-jadi.

Ketika cultural shock itu menimpa saya. Terlempar ke sebuah tempat yang hiruk. *lebay lu,wid (kata seorang kawan).

Biarlah,saya tahu saya terlampau banyak berkisah dan berkeluh kesah. Tapi ada yang sedang bertumbuh di pikir saya. Kesimpulan dari pemahaman saya selama ini. Belum final memang tapi lebih teruji, walau kadang rasanya sungguh menyesakkan pikiran dan hati.
*tuh kan apa gua bilang, lebay lu*
-.-'
 
Kata seorang kawan, "belum tentu orang yang paling ketat dan strick itu yang paling baik. Sebenarnya merekalah ikhwah paling lemah, paling rentan, dan paling mengkhawatirkan." Entah, kalimat itu diperuntukkan untuk saya atau untuk dirinya sendiri atau untuk kawan kami.

Tetap saja saya pikir orang fleksibel itu meresahkan. Dekat mereka bikin gerah. Walau mungkin saya pernah. Naudzubillah.

Belum juga rasanya puas, saya sampaikan pada seseorang itu saat saya pulang. Seseorang yang banyak membantu saya berakselerasi pada pemahaman saya. "Saat ini,jenis ujiannya memang demikian. Dinikmati saja dan buktikan bahwa anti tahan uji. Karena besar harapan uni, wdya bisa meringankan beban da'wah ini."

Tangis yang tumpah. Tapi aplikasi jauh dari harapan. Jauh. Tak mampu selurus di sana. Tak mampu seteguh dan setangguh di sana. Itu terus isi cerita saya pada kawan lama.

"Ya iyalah,tak mungkin pakai standar yang dulu,ukh. Kondisinya beda. Harus adaptasi." Kata seorang kawan.

"ya, jangan pakai standar ganda donk. Dimanapun kita, amalannya harus tetap sama," kata seorang kawan lain.

Sungguh, belum selesai. Entah kapan selesai. Dan saya bingung cara menyelesaikan tulisan ini. Tinggal dibubuhi titik, selesai.

0 komentar: