Telepon Pagi

Hmmm, ini tentang perbincangan via telepon kita lagi. Ketika kembali memaknai apa-apa yang patut disyukuri. Semuanya. Keberadaan di sini, orang-orang yang kita kenali dan beberapa di antaranya begitu menginspirasi. Dan cara ini hampir selalu berhasil, menelepon seseorang itu untuk mengingatkan semangat yang aku hampir tak ingat. Seketika, semangat lagi. Selalu berhasil.

"Nana bersyukur ada di sini, Di. Padahal sedikitpun dulu tak pernah terbersit pikiran kuliah di tempat ini."
Menghitung-hitung nikmatNya yang tak pernah berhenti. Ah, tiba-tiba malu sendiri, bahwa dengan melimpah ruahnya nikmat itu harusnya kita sudah terbang tinggi.

Tak perlu terseok. Menangisi diri yang seolah tak pernah mau berhenti menjadi seorang pendosa, ingin sekali bercerita padamu. Pada sangka baikmu yang selalu bilang aku ini begini dan begitu. Sifat positif yang kau lekatkan dan sematkan dalam diriku. Haruskah ku ceritakan padamu, bahwa sebenarnya tak ada orang yang lebih buruk dari aku. Tak ada yang lebih buruk dari aku. Tak ada yang lebih buruk dari aku. Tapi aku terlampau pandai menipumu untuk terlihat baik, sangat baik.


Kali ini buka tentang perubahan-perubahan teman kita lagi, ini hanya tentang aku dan kalimat-kalimatmu tadi yang sengaja dipersiapkan takdir agar aku menginsyafi banyak hal, jazakillah..

0 komentar: